Mencari Agama dalam Waisak


http://kvltmagz.com/wp-content/uploads/2012/01/Lampion-Terbang-perayaan-Waisak.jpg
Pelepasan lampion. sumber: ini


Perayaan Hari Besar Tri Suci Waisak 2557 BE/2013 di Indonesia telah berlalu. Namun, perayaan hari suci itu di berbagai perbincangan masyarakat Indonesia meninggalkan cerita kelam. Di lini masa media sosial, forum komunitas di internet, pemberitaan media massa hingga warung kopi, masyarakat beradu argumen mengenai cerita waisak tahun ini.

Cerita itu bermula ketika terjadinya ketidaktertiban pengunjung untuk memasuki kawasan Candi Borobudur. Cerita itu memuncak ketika pelepasan seribu lampion gagal dilaksanakan karena terganggung guyuran hujan. Cerita lain yang juga kembali dikisahkan adalah mengenai etika pengunjung yang tidak beradab. Misalkan cara berpakaian pengunjung dan etika memotret.

Di sini saya tidak ingin memperdebatkan pro kontra gagalnya perayaan lampion atau etika pengunjung yang tidak beradab. Toh seribuan lampion telah diterbangkan sehari sesudahnya, dan tentunya tidak banyak masyarakat yang mengetahui perayaan itu. Ada esensi yang menurut saya cukup penting diketengahkan dalam memperbincangkan toleransi antar umat beragama. Dalam hal ini kata kuncinya adalah AGAMA.

Masih teringat jelas pelajaran guru agama saya di sekolah menengah atas. Guru saya menjelaskan bahwa kata ‘AGAMA’ berasal dari bahasa Sansakerta yaitu A=tidak dan GAMA=kacau. Ketika digabungkan kata AGAMA memiliki arti tidak kacau. Saya mencoba merujuk pada kamus besar bahasa Indonesia. Di sana agama memiliki arti lain yaitu sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.

Dari penjelasan di atas, saya coba simpulkan ada tiga poin penting yaitu tidak kacau, tata keimanan pada Tuhan dan tata pergaulan antar manusia serta lingkungannya. Sesuai dengan judul tulisan ini, saya coba mencari agama dalam perayaan waisak tahun 2013 ini.


Mengejar Perayaan Seribu Lampion di Candi Borobudur

Setiap tahun di saat puncak perayaan Trisuci Waisak di Candi Borobudur selalu menjadi magnet kuat bagi masyarakat Indonesia dan manca negara untuk dikunjungi. Perayaan pelepasan seribu lampion menjadi alasan utama bagi wisatawan. Begitu saya, perayaan lampion menjadi titik tolak untuk ikut serta dalam perayaan Trisuci Waisak 2557 BE/2013, di Magelang, Jawa Tengah.

Langit Yogyakarta, Sabtu 25/5, terlihat mendung berawan. Sesekali rintik hujan telah menetesi pelan  bumi Yogyakarta. Melihat ke arah utara, Magelang,  langit putih terang terlihat. Ada perasaan optimis bahwa cuaca akan cerah. Tentunya dengan harapan perayaan seribu lampion akan berlangsung semarak di bawah sinar bulan purnama.

Bersama rombongan, saya pun menyusuri padatnya jalur  lalu lintas Yogyakarta menuju Candi Borobudur. Sepanjang 42 km perjalanan menuju Borobudur berbagai kendaraan berpacu mengejar waktu untuk perayaan lampion. Mobil berplat daerah luar Yogyakarta dan Jawa Tengah harus antri di beberapa titik kemacetan. Lain dengan kendaraan motor yang terus menyusuri celah kosong jalan.

Di tengah perjalanan, hujan pun mengguyur. Tapi tim dan saya tetap melanjutkan perjalanan walau didera hujan. Kesalahan utamanya, tidak membaca jas hujan. Demi langit terang, cuaca cerah di langit Magelang, terbisat asa bahwa cuaca pasti cerah. Motor pun terus dipacu melewati lalu lintas yang semakin padat di sore hari.

Melewati pertigaan ke arah Candi Borobudur, cuaca pun cerah. Langit putih, matahari sore mengintip di balik barat awan sore hari. Perjalanan pun terus dilanjutkan, menjelang Candi Mendut mulai terlihat tumpukan wisatawan domestik dan internasional di pinggir jalan. Ada yang menggunakan sepeda motor, mobil, mini bus dan bus besar. Di wajah mereka terlihat suasana hati nan bahagia karena mendapatkan kesempatan untuk menyaksikan pelepasan seribu lampion nanti malam.

Suasana Candi Mendut usai salah satu prosesi upacara waisak

 Beberapa prosesi terlewati
 
Saya tidak sempat untuk melihat beberapa prosesi upacara waisak karena semua acara sudah dipusatkan di Candi Borobudur sore itu. Saya tak bisa menyaksikan upacara  prosesi kirab air suci dan api abadi dari Candi Mendut ke Borobudur. Prosesi upacara itu berlangsung pada pukul 14.00 WIB. Pada prosesi itu, tidak kurang dari 100 Bhiksu dan Bhiksuni Sangha Theravada dan Mahayana akan berjalan melewati 3,7 km jarak tempuh Candi Mendut ke Candi Borobudur.

Sebelum upacara kirab air suci dan api abadi, pada pagi harinya sekitar pukul 07.30 WIB  digelar tradisi Pindapatta. Biasanya pada prosesi ini para wisatawan dan fotografer akan terus mengikuti jalannya prosesi. Pindapatta itu sendiri berasal dari Bahasa Pali yang artinya menerima persembahan makanan. Namun dalam perkembangannya persembahan berupa uang pun dilakukan oleh para umat Buddha.

Proses Pindapatta ini dimulai dengan doa bersama di tempat ibadah Tri Dharma (TITD) Liong Hok Bio di alun alun Kota Magelang, dengan terlebih dahulu mengadakan doa yang dipimpin Ketua Dewan Sangha Perwakilan Buddha Indonesia (Walubi), Bhiksu Tadisa Paramita Mahasta Vira. Pada waisak 2557 BE/2013 ini, berdasarkan informasi dari Kompas.com, diikuti oleh Bhiksu dari mancanegara Australia, China, Singapura dan Thailand. Melalui tradisi ini, umat Buddha ingin menciptakan jodoh baik dan juga memberikan kesempatan untuk turun membantu lingkungan setempat agar mempunyai rezeki dan terhindar dari malapetaka. Bagi Anda yang ingin melihat langsung prosesi ini dan prosesi lainnya, datanglah sedari pagi.

Mengapa Harus Kartini?



Mengapa setiap 21 April, bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini? Apakah tidak ada wanita Indonesia lain yang lebih layak ditokohkan dan diteladani dibandingkan Kartini?

Pada dekade 1980-an, guru besar Universitas Indonesia, Prof. Dr. Harsya W. Bachtiar pernah menggugat masalah ini. Ia mengkritik pengkultusan R.A. Kartini sebagai pahlawan nasional Indonesia. Tahun 1988, masalah ini kembali menghangat, menjelang peringatan hari Kartini 21 April 1988. Ketika itu akan diterbitkan buku Surat-Surat Kartini oleh F.G.P. Jacquet melalui penerbitan Koninklijk Institut voor Tall-Landen Volkenkunde (KITLV).

Tulisan ini bukan untuk menggugat pribadi Kartini. Banyak nilai positif yang bisa kita ambil dari kehidupan seorang Kartini. Tapi, kita bicara tentang Indonesia, sebuah negara yang majemuk. Maka, sangatlah penting untuk mengajak kita berpikir tentang sejarah Indonesia. Sejarah sangatlah penting. Jangan sekali-kali melupakan sejarah, kata Bung Karno. Al-Quran banyak mengungkapkan betapa pentingnya sejarah, demi menatap dan menata masa depan.

Mereguk Ruh Dini Hari di Desa Tertinggi Pulau Jawa


Pernahkah Anda merasa dingin menggigil, gigi bergemetukan, dan pakaian  di badan seperti tak berguna di waktu dini hari di sebuah desa tertinggi Pulau Jawa? Jika belum, saatnya Anda meluangkan waktu untuk mengunjungi Desa Sembungan, Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo,Jawa Tengah, Indonesia.

Pertengahan April 2013, saya berkesempatan mengunjungi desa yang terletak di ketinggian lebih dari 2000 mdpl itu.  Desa Sembungan juga dikenal sebagai Desa Matahari (Village of Sun). Mungkin orang akan beranggapan desa ini berudara panas karena dijuluki Desa Matahari. Anggapan itu termentahkan ketika saya berkunjung ke sana di saat matahari belum menyinari tanah itu. Udaranya sungguh dingin.

Sekitar pukul 01.00 wib dini hari, saya menginjakkan kaki di perkampungan yang berpenduduk sekitar 3000 jiwa. Suasana didominasi keheningan, sesekali hembusan kabut tebal putih menderu deru. Anda mungkin bisa bayangkan desa ini seperti desa tanpa penghuni. Tak ada suara aktivitas manusia sedikitpun. Tak ada manusia di pos ronda. Begitu pun suara televisi. Kondisi sekitar diterangi lampu neon di pelataran rumah penduduk.

Mengenang Kepergian Nenek

Dua puluh dua tahun berlalu singkat. Perjalananku bersama waktu menapaki bumi daerah lain terus berlalu. Berkelana menuntut ilmu meninggalkan kampung nun jauh di perbatasan Provinsi Jambi Sumatera Barat. Semua perjalanan ini seperti terhenti mendadak  ketika kabar itu datang, Kamis 28 Maret sekitar pukul 21.30 WIB. Nenekku wafat, kembali pada Sang Pencipta.

Kabar itu bermula dari panggilan telpon mama yang isinya memintaku untuk ikhlas jika nenek kembali pada Sang Kuasa.

"Ikhlaskan ya Nak jika nenekmu........, nenek udah tidak boleh dipanggil panggil (pertanda maut sudah mendekat)," ujar mamaku.

Aku hanya bisa terdiam. Tak tahu mau berucap apa. Semua kenangan dan ingatan akan nenek membuncah. Keluar berdesakan dari memori dan hati. Hatiku berteriak ingin berada di dekat nenek.

Selang beberapa menit, apa yang sedari tadi aku khawatirkan pun terjadi. "Nenek sudah meninggal," itu pesan singkat dari mamaku. Aku tertunduk, menarik nafas panjang, terpusar kegamangan diri yang tak tahu berbuat apa.

Cinta Hati Si Ibu*

Ada seorang pria muda mencintai seorang pekerja rumah tangga yang menggodanya, “kamu takut?”
Ia meminta, “berikan padaku hari ini kepala milik ibumu di atas sebuah nampan”.

Pria muda itu pergi dan memenggal kepala ibunya, dirobek hati merah ibunya dari payudaranya

Lalu ia lari ke sang kekasih,
Tetapi terpleset saking terburu burunya
Saat hati si ibu jatuh bergelundung di  tanah
Sebuah suara terdengar
Suara itu berkata dengan lembut: “anakku, apakah kau terluka?”**

*Judul dari penyadur
**Karya Sara Ruddick, “Maternal Thinking”, dalam Jurnal Perempuan edisi 58, Maret 2008.

Bung Hatta: Tepat Waktu untuk Bangsa Terlambat

...Bung Hatta adalah tepat waktu untuk sebuah bangsa yang
selalu terlambat ...

Sajak TAUFIK ISMAIL (10 November 2003)

Rindu Pada Stelan Jas Putih dan Pantalon Putih Bung Hatta

I.
Di awal abad 21, pada suatu Subuh pagi aku berjalan kaki di Bukittinggi, Hampir tak ada kabut tercantum di leher Singgalang dan Merapi, yang belum dilangkahi matahari, Lalu lintas kota kecil ini dapat dikatakan masih begitu sunyi, Menurun aku di Janjang Ampek Puluah, melangkah ke Aue Tajungkang, berhenti aku di depan rumah kelahiran Bung Hatta,

Di rumah beratap seng nomor 37 itulah, di awal abad 20, lahir seorang bayi laki-laki yang kelak akan menuliskan alphabet cita-cita bangsa di langit pemikirannya dan merancang peta Negara di atas prahara sejarah manusianya,

Dia tak suka berhutang. Sahabat karibnya, Bung Karno, kepada gergasi-gergasi dunia itu bahkan berteriak, “Masuklah kalian ke neraka dengan uang yang kalian samarkan dengan nama bantuan, yang pada hakekatnya hutang itu”.

Suara lantang 39 tahun yang silam itu terapung di Ngarai Sianok, hanyut di Kali Brantas, menyelam di Laut Banda, melintas di Selat Makassar, hilang di arus Sungai Mahakam, kemudian tersangkut di tenggorokan 200 juta manusia,

Dua ratus juta manusia itu, terbelenggu rantai hutang di tangan dan kaki, di abad kini. Petinggi negeri di lobi kantor Pusat Pegadaian Dunia duduk antri, membawa kaleng kosong bekas cat minta sekedarnya diisi. Setiap mereka pulang, hutang menggelombang, setiap bayi lahir langsung dua puluh juta rupiah berkalung hutang, baru akan lunas dua generasi mendatang.

II.
Jalan kaki pagi-pagi di Bukittinggi, aku merenung di depan rumah beratap seng di Aue Tajungkang nomor 37 ini, yang di awal abad 20 lalu tempat lahir seorang bayi laki-laki

Aku mengenang negarawan jenius ini dengan rasa penuh hormat karena rangkaian panjang mutiara sifat: tepat waktu, tunai janji, ringkas bicara, lurus jujur, hemat serta bersahaja,

Angku Hatta, adakah garam sifat-sifat ini masuk ke dalam sup kehidupanku? Kucatat dalam puisiku, Angku lebih suka garam dan tak gemar gincu. Tujuh windu sudah berlalu, aku menyusun sebuah senarai perasaan rindu,

Rindu pada sejumlah sifat dan nilai, yang kini kita rasakan hancur bercerai-berai,

Kesatuan sebagai bangsa, rasa bersama sebagai manusia Indonesia, ikatan sejarah dengan pengalaman derita dan suka, inilah kerinduan yang luput dari sekitar kita,

Kita rindu pada penampakan dan isi jiwa bersahaja, lurs yang tabung, waktu yang tepat berdentang, janji yang tunai, kalimat yang ringkas padat, tata hidup yang hemat,

Tiba-tiba kita rindu pada Bung Hatta, pada stelan jas putih dan pantaloon putihnya, symbol perlawanan pada disain hedonisme dunia, tidak sudi berhutang, kesederhanaan yang berkilau gemilang,

Kesederhanaan. Ternyata aku tak bisa hidup bersahaja. Terperangkap dalam krangkeng baja materialisme, boros dan jauh dari hemat, agenda serba bendaku ditentukan oleh merek 1000 produk impor, iklan televise dan gaya hidup imitasi,

Bicara ringkas. Susah benar aku melisankan fikiran secara padat. Agaknya genetika Minang dalam rangkaian kromosomku mendiktekan sifat bicaraku yang berpanjang-panjang. Angk Hatta, bagaimana Angku dapat bicara ringkas dan padat? Teratur dan apik? Aku mengintip Angku pada suatu makan siang di Jalan Diponegoro, yang begitu tertib dan resik,

Tepat waktu. Bung Hatta adalah tepat waktu untuk sebuah bangsa yang selalu terlambat. Dari seribu rapat, sembilan ratus biasanya telat. Kegiatanku yang tepat waktu satu-satunya ialah ketika berbuka puasa.

Kelurusan dan kejujuran. Pertahanan apa yang mesti dibangun di dalam sebuah pribadi supaya orang bisa selalu jujur? Jujur dalam masalah rezeki, jujur kepada isteri, jujur kepada suami, jujur kepada diri
sendiri, jujur kepada orang banyak, yang bernama rakyat? Rakyat yang di tipu terus-menerus itu.

Ketika kita rindu bersangatan kepada sepasang jas putih dan pantaloon putih itu, kita mohonkan kepada Tuhan, semoga nilai-nilai dan sifat-sifat luhur yang telah hancur berantakan, kepada kita utuh dikembalikan.

III.

Jalan kaki pagi-pagi di Bukittinggi, di depan rumah beratap seng di Aue Tajungkang nomor 37 ini aku menengok ke kanan dan ke kiri, kemudian aku masuk ke dalamnya, dan di ruang tamu menatap potret dinding aku berdiri,

Tampaklah Bung Hatta di antara rakyat banyak dalam gambar itu. Tiba-tiba Bung Hatta keluar dari gambar sepia itu.

Kemudian Bung Hatta berkata: “Ceritakan Indonesia kini menurut kamu”

Aku tergagap bicara. ^Angku, mangadu ambo kini. Angku, saya mengadu kini. Krisis berlapis-lapis bagaikan tak habis-habis. Krisis ekonomi, politik, penegakan hokum, pendidikan, pengangguran, kemiskinan, keamanan, kekerasan, pertumpahan darah, pemecah-belahan, dan di atas semua itu,
krisis akhlak bangsa,

“Otoritarianisme panjang menyuburkan perilaku materialistic, tamak, serakah, tipu-menipu, konspiratif, mengutamakan keluarga dekat, memenangkan golongan sendiri, dan tingkah laku feodalistik,

Krisis nilai luhur merubah potret wajah bangsa menjadi anarkis, bringas, ganas, tak bersedia kalah, tak segan memfitnah, memaksakan kehendak, pendendam, perusak, pembakar dan pembunuh. Kekerasan, api,
batu, peluru, puing mayat, asap dan bom sampai ke seluruh muka bumi,

Tetapi tentang bom itu, nanti dulu. Sepuluh dua puluh tahun lagi, lihat, akan terungkap apa sebenarnya sandiwara besar skenario dunia yang dipaksakan hari ini. Mentang-mentang.

Aku menarik nafas. Bung Hatta diam. Tak ada senyum di wajahnya Angku Hatta. Harga apa saja di Indonesia naik semua, kecuali satu. Harga nyawa. Nyawa murah dan luar biasa jatuh nilainya. Di setiap demo orang mati. Tahanan polisi gampang mati. Pencuri motor dibakar mati. Anak-anak sekolah belasan tahun dalam tawuran, tanpa rasa salah dengan ringan membunuh temannya lain sekolah. Mahasiswa senior yang garang menggasak, menggampar, menyiksa juniornya sampai mati. Tahun depan pembunuhan di kampus lain di ulang lagi. Dendam dipelihara dan diturunkan”

Sesak nafasku. Bung Hatta diam. Matanya merenung jauh.

Alkohol, nikotin, judi, madat, putau, ganja dan sabu-sabu telah meruyak dan mencengkeram negeri kita, mudah dibeli di tepi jalan, di sekolah, di mana-mana. Indonesia telah menjadi sorga pornografi paling murah di dunia. Dengan uang sepuluh ribu anak SLTP dengan mudah bisa membeli VCD coitus lelaki-perempuan kulit putih 60 menit, 6 posisi dan 6 warna. Anak-anak SD membaca komik cabul dari Jepang. Di televisi peselingkuhan dianjurkan dan diajarkan.”

Gelombang hidup permisif, gaya serba boleh ini melanda penulis-penulis pula.

Penulis-penulis perempuan, muda usia, berlomba mencabul-cabulkan karya, asyik menggarap wilayah selangkang dan sekitarnya dan kompetisi Gerakan Syahwat Merdeka. Betapa tekun mereka melakukan rekonstruksi dan dekonstruksi daftar instruksi posisi syahwat selangkangan abad 21 yang posmo perineum ini.

Dari uap alkohol, asap nikotin dan narkoba, dari bau persetubuhan liar 20 juta keeping VCD biru, dari halaman-halaman komik dan buku cabul menyebar hawa lendir yang mirip aroma bangkai anak tikus terlantar tiga hari di selokan pasar desa ke seluruh negeri.

Aku melihat orang-orang menutup hidung dan jijik karenanya. Jijik. Malu aku memikirkannya”

Jan aku tenan isin sakpore, sakpore, isin buanget dadi wong Indonesia, Lek asane dadi nak Indonesia,

Masiripka mancaji to Indonesia,

Jelema Indonesia? Eraeun urang, eraeun,

Malu ambo, sabana malu jadi urang Indonesia,!(*)

Malu aku jadi orang Indonesia.
(*) Bahasa Jawa, Bali, Bugis, Sunda dan Minangkabau.

Aku berhenti bicara. Bung Hatta masih tetap diam. Matanya merenung sangat jauh. Tiba-tiba bayangan wajahnya menghilang.

IV
Indonesia tersaruk-saruk.
Terpincang-pincang dan sempoyongan,
Dicambuki krisis demi krisis seperti tak habis-habis.
Indonesia kini sedang menangis.
Dari status Negeri Cobaan,
Dia turun derajat menjadi Negeri Azab,
Dan kini sedang bergerak merosot kearah Negeri Kutukan.
Indonesia tak habis-habis menangis.

Kusut, masai,
Nestapa, duka,
Pengap dan gelap.
Dari dalam sumur berlumpur ini,
Dari dasar tubir yang menyesakkan nafas ini
Kami menengadah ke atas,
Masih melihat sepotong langit
Dan mengharapkan cahaya.
Kami tetap berikhtiar,
Terus bekerja keras
Seraya menggumamkan doa.

Tuhan,
Jangan biarkan negeri kami
Yang kini sudah menjadi Negeri Azab,
Bergerak merosot kea rah Negeri Kutukan.

Tuhan,
Mohon,
Jangan ditolak

Do’a kami.
2003

sumber

Ketika Iblis Berani Jujur

Iblis Terpaksa Bertamu Kepada Rasulullah SAW

(dari Muadz bin Jabal dari Ibn Abbas)

Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba-tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah: “Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk? Sebab kalian akan membutuhkanku.”

Rasulullah bersabda: “Tahukah kalian siapa yang memanggil?”

Kami menjawab: “Allah dan rasulNya yang lebih tahu.”

Beliau melanjutkan, “Itu Iblis, laknat Allah bersamanya.”

Umar bin Khattab berkata: “Izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah”.

Nabi menahannya: “Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan oleh Allah untuk ini, pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik.”

Ibnu Abbas RA berkata: pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. Di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi.

Iblis berkata: “Salam untukmu Muhammad. Salam untukmu para hadirin…”

Rasulullah SAW lalu menjawab: “Salam hanya milik Allah SWT, sebagai mahluk terlaknat, apa keperluanmu?”

Iblis menjawab: “Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku, namun karena terpaksa.”
“Siapa yang memaksamu?”

Seorang malaikat dari utusan Allah telah mendatangiku dan berkata:
“Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan diri.beritahu Muhammad tentang caramu dalam menggoda manusia. jawabalah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, andai kau berdusta satu kali saja, maka Allah akan jadikan dirimu debu yang ditiup angin.”

“Oleh karena itu aku sekarang mendatangimu. Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan. Jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku. Tidak ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh.”

Orang Yang Dibenci Iblis

Rasulullah SAW lalu bertanya kepada Iblis: “Kalau kau benar jujur, siapakah manusia yang paling kau benci?”
Iblis segera menjawab: “Kamu, kamu dan orang sepertimu adalah mahkluk Allah yang paling aku benci.”

“Siapa selanjutnya?”
“Pemuda yang bertakwa yang memberikan dirinya mengabdi kepada Allah SWT.”

“lalu siapa lagi?”
“Orang Aliim dan wara’ (Loyal)”

“Lalu siapa lagi?”
“Orang yang selalu bersuci.”

“Siapa lagi?”
“Seorang fakir yang sabar dan tak pernah mengeluhkan kesulitannnya kepda orang lain.”

“Apa tanda kesabarannya?”
“Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan kesulitannya kepada orang lain selama 3 hari, Allah akan memberi pahala orang -orang yang sabar.”

” Selanjutnya apa?”
“Orang kaya yang bersyukur.”

“Apa tanda kesyukurannya?”
“Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya, dan mengeluarkannya juga dari tempatnya.”

“Orang seperti apa Abu Bakar menurutmu?”
“Ia tidak pernah menurutiku di masa jahiliyah, apalagi dalam Islam.”

“Umar bin Khattab?”
“Demi Allah setiap berjumpa dengannya aku pasti kabur.”

“Usman bin Affan?”
“Aku malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya.”

“Ali bin Abi Thalib?”
“Aku berharap darinya agar kepalaku selamat, dan berharap ia melepaskanku dan aku melepaskannya. tetapi ia tak akan mau melakukan itu.” (Ali bin Abi Thalib selau berdzikir terhadap Allah SWT).


Amalan Yang Dapat Menyakiti Iblis

“Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang dari umatku yang hendak shalat?”
“Aku merasa panas dingin dan gemetar.”

“Kenapa?”
“Sebab, setiap seorang hamba bersujud 1x kepada Allah, Allah mengangkatnya 1 derajat.”

“Jika seorang umatku berpuasa?”
“Tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka.”

“Jika ia berhaji?”
“Aku seperti orang gila.”

“Jika ia membaca al-Quran?”
“Aku merasa meleleh laksana timah diatas api.”

“Jika ia bersedekah?”
“Itu sama saja orang tersebut membelah tubuhku dengan gergaji.”

“Mengapa bisa begitu?”
“Sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan baginya. Yaitu keberkahan dalam hartanya, hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi hijab antara dirinya dengan api neraka dan segala macam musibah akan terhalau dari dirinya.”

“Apa yang dapat mematahkan pinggangmu?”
“Suara kuda perang di jalan Allah.”

“Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?”
“Taubat orang yang bertaubat.”

“Apa yang dapat membakar hatimu?”
“Istighfar di waktu siang dan malam.”

“Apa yang dapat mencoreng wajahmu?”
“Sedekah yang diam – diam.”

“Apa yang dapat menusuk matamu?”
“Shalat fajar.”

“Apa yang dapat memukul kepalamu?”
“Shalat berjamaah.”

“Apa yang paling mengganggumu?”
“Majelis para ulama.”

“Bagaimana cara makanmu?”
“Dengan tangan kiri dan jariku.”

“Dimanakah kau menaungi anak – anakmu di musim panas?”
“Di bawah kuku manusia.”


Manusia Yang Menjadi Teman Iblis

Nabi lalu bertanya : “Siapa temanmu wahai Iblis?”
“Pemakan riba.”

“Siapa sahabatmu?”
“Pezina.”

“Siapa teman tidurmu?”
“Pemabuk.”

“Siapa tamumu?”
“Pencuri.”

“Siapa utusanmu?”
“Tukang sihir.”

“Apa yang membuatmu gembira?”
“Bersumpah dengan cerai.”

“Siapa kekasihmu?”
“Orang yang meninggalkan shalat jumaat”

“Siapa manusia yang paling membahagiakanmu?”
“Orang yang meninggalkan shalatnya dengan sengaja.”


Iblis Tidak Berdaya Di hadapan Orang Yang Ikhlas
Rasulullah SAW lalu bersabda : “Segala puji bagi Allah yang telah membahagiakan umatku dan menyengsarakanmu.”

Iblis segera menimpali:
“Tidak,tidak.. tak akan ada kebahagiaan selama aku hidup hingga hari akhir. Bagaimana kau bisa berbahagia dengan umatmu, sementara aku bisa masuk ke dalam aliran darah mereka dan mereka tak bisa melihatku. Demi yang menciptakan diriku dan memberikanku kesempatan hingga hari akhir, aku akan menyesatkan mereka semua. Baik yang bodoh, atau yang pintar, yang bisa membaca dan tidak bisa membaca, yang durjana dan yang shaleh, kecuali hamba Allah yang ikhlas.”

“Siapa orang yang ikhlas menurutmu?”

“Tidakkah kau tahu wahai Muhammad, bahwa barang siapa yang menyukai emas dan perak, ia bukan orang yang ikhlas. "

"Jika kau lihat seseorang yang tidak menyukai dinar dan dirham, tidak suka pujian dan sanjunang, aku bisa pastikan bahwa ia orang yang ikhlas, maka aku meninggalkannya. "

"Selama seorang hamba masih menyukai harta dan sanjungan dan hatinya selalu terikat dengan kesenangan dunia, ia sangat patuh padaku.”

Iblis Dibantu oleh 70.000 Anak-Anaknya
“Tahukah kamu Muhammad, bahwa aku mempunyai 70.000 anak. Dan setiap anak memiliki 70.000 syaithan.

Sebagian ada yang aku tugaskan untuk mengganggu ulama. Sebagian untuk menggangu anak – anak muda, sebagian untuk menganggu orang -orang tua, sebagian untuk menggangu wanta – wanita tua, sebagian anak -anakku juga aku tugaskan kepada para Zahid.

Aku punya anak yang suka mengencingi telinga manusia sehingga ia tidur pada shalat berjamaah. tanpanya, manusia tidak akan mengantuk pada waktu shalat berjamaah.

Aku punya anak yang suka menaburkan sesuatu di mata orang yang sedang mendengarkan ceramah ulama hingga mereka tertidur dan pahalanya terhapus.

Aku punya anak yang senang berada di lidah manusia, jika seseorang melakukan kebajikan lalu ia beberkan kepada manusia, maka 99% pahalanya akan terhapus.

Pada setiap seorang wanita yang berjalan, anakku dan syaithan duduk di pinggul dan pahanya, lalu menghiasinya agar setiap orang memandanginya.”

Syaithan juga berkata, “keluarkan tanganmu”, lalu ia mengeluarkan tangannya lalu syaithan pun menghiasi kukunya.

“Mereka, anak – anakku selalu meyusup dan berubah dari satu kondisi ke kondisi lainnya, dari satu pintu ke pintu yang lainnya untuk menggoda manusia hingga mereka terhempas dari keikhlasan mereka.
Akhirnya mereka menyembah Allah tanpa ikhlas, namun mereka tidak merasa.

Tahukah kamu, Muhammad? bahwa ada rahib yang telah beribadat kepada Allah selama 70 tahun. Setiap orang sakit yang didoakan olehnya, sembuh seketika. Aku terus menggodanya hingga ia berzina, membunuh dan kufur.”

Cara Iblis Menggoda
“Tahukah kau Muhammad, dusta berasal dari diriku?

Akulah mahluk pertama yang berdusta.

Pendusta adalah sahabatku. barangsiapa bersumpah dengan berdusta, ia kekasihku.
Tahukah kau Muhammad?

Aku bersumpah kepada Adam dan Hawa dengan nama Allah bahwa aku benar – benar menasihatinya.

Sumpah dusta adalah kegemaranku.

Ghibah (gossip) dan Namimah (Adu domba) kesenanganku.

Kesaksian palsu kegembiraanku.

Orang yang bersumpah untuk menceraikan istrinya ia berada di pinggir dosa walau hanya sekali dan walaupun ia benar. Sebab barang siapa membiasakan dengan kata – kata cerai, isterinya menjadi haram baginya. Kemudian ia akan beranak cucu hingga hari kiamat. jadi semua anak – anak zina dan ia masuk neraka hanya karena satu kalimat, CERAI.

Wahai Muhammad, umatmu ada yang suka mengulur ulur shalat. Setiap ia hendak berdiri untuk shalat, aku bisikan padanya waktu masih lama, kamu masih sibuk, lalu ia manundanya hingga ia melaksanakan shalat di luar waktu, maka shalat itu dipukulkannya kemukanya.


Jika ia berhasil mengalahkanku, aku biarkan ia shalat. Namun aku bisikkan ke telinganya ‘lihat kiri dan kananmu’, iapun menoleh. pada saat iatu aku usap dengan tanganku dan kucium keningnya serta aku katakan ’shalatmu tidak sah’

Bukankah kamu tahu Muhammad, orang yang banyak menoleh dalam shalatnya akan dipukul.

Jika ia shalat sendirian, aku suruh dia untuk bergegas. ia pun shalat seperti ayam yang mematuk beras.

jika ia berhasil mengalahkanku dan ia shalat berjamaah, aku ikat lehernya dengan tali, hingga ia mengangkat kepalanya sebelum imam, atau meletakkannya sebelum imam.

Kamu tahu bahwa melakukan itu batal shalatnya dan wajahnya akan dirubah menjadi wajah keledai.

Jika ia berhasil mengalahkanku, aku tiup hidungnya hingga ia menguap dalam shalat. Jika ia tidak menutup mulutnya ketika mnguap, syaithan akan masuk ke dalamdirinya, dan membuatnya menjadi bertambah serakah dan gila dunia.

Dan iapun semakin taat padaku.

Kebahagiaan apa untukmu, sedang aku memerintahkan orang miskin agar meninggalkan shalat. aku katakan padaknya, ‘kamu tidak wajib shalat, shalat hanya wajib untuk orang yang berkecukupan dan sehat. orang sakit dan miskin tidak, jika kehidupanmu telah berubah baru kau shalat.’

Ia pun mati dalam kekafiran. Jika ia mati sambil meninggalkan shalat maka Allah akan menemuinya dalam kemurkaan.

Wahai Muhammad, jika aku berdusta Allah akan menjadikanku debu.

Wahai Muhammad, apakah kau akan bergembira dengan umatmu padahal aku mengeluarkan seperenam mereka dari islam?”

10 Hal Permintaan Iblis kepada Allah SWT
“Berapa hal yang kau pinta dari Tuhanmu?”

“10 macam”

“Apa saja?”

“Aku minta agar Allah membiarkanku berbagi dalam harta dan anak manusia, Allah mengizinkan.”
Allah berfirman,

“Berbagilah dengan manusia dalam harta dan anak. dan janjikanlah mereka, tidaklah janji setan kecuali tipuan.” (QS Al-Isra :64)

“Harta yang tidak dizakatkan, aku makan darinya. Aku juga makan dari makanan haram dan yang bercampur dengan riba, aku juga makan dari makanan yang tidak dibacakan nama Allah.
Aku minta agar Allah membiarkanku ikut bersama dengan orang yang berhubungan dengan istrinya tanpa berlindung dengan Allah, maka setan ikut bersamanya dan anak yang dilahirkan akan sangat patuh kepada syaithan.

Aku minta agar bisa ikut bersama dengan orang yang menaiki kendaraan bukan untuk tujuan yang halal.

Aku minta agar Allah menjadikan kamar mandi sebagai rumahku.

Aku minta agar Allah menjadikan pasar sebagai masjidku.

Aku minta agar Allah menjadikan syair sebagai Quranku.

Aku minta agar Allah menjadikan pemabuk sebagai teman tidurku.

Aku minta agar Allah memberikanku saudara, maka Ia jadikan orang yang membelanjakan hartanya untuk
maksiat sebagai saudaraku.”

Allah berfirman,

“Orang -orang boros adalah saudara – saudara syaithan. ” (QS Al-Isra : 27).

“Wahai Muhammad, aku minta agar Allah membuatku bisa melihat manusia sementara mereka tidak bisa melihatku.

Dan aku minta agar Allah memberiku kemampuan untuk mengalir dalam aliran darah manusia.
Allah menjawab, “silahkan”, dan aku bangga dengan hal itu hingga hari kiamat.

Sebagian besar manusia bersamaku di hari kiamat.”

Iblis berkata : “Wahai muhammad, aku tak bisa menyesatkan orang sedikitpun, aku hanya bisa membisikan dan menggoda.

Jika aku bisa menyesatkan, tak akan tersisa seorangpun…!!!
Sebagaimana dirimu, kamu tidak bisa memberi hidayah sedikitpun, engkau hanya rasul yang menyampaikan amanah.

Jika kau bisa memberi hidayah, tak akan ada seorang kafir pun di muka bumi ini. Kau hanya bisa menjadi penyebab untuk orang yang telah ditentukan sengsara.

Orang yang bahagia adalah orang yang telah ditulis bahagia sejak di perut ibunya. Dan orang yang sengsara adalah orang yang telah ditulis sengsara semenjak dalam kandungan ibunya.”
Rasulullah SAW lalu membaca ayat :

“Mereka akan terus berselisih kecuali orang yang dirahmati oleh Allah SWT” (QS Hud :118 - 119)

juga membaca,

“Sesungguhnya ketentuan Allah pasti berlaku” (QS Al-Ahzab : 38)

Iblis lalu berkata:
“Wahai Muhammad Rasulullah, takdir telah ditentukan dan pena takdir telah kering. Maha Suci Allah yang menjadikanmu pemimpin para nabi dan rasul, pemimpin penduduk surga, dan yang telah menjadikan aku pemimpin mahluk mahluk celaka dan pemimpin penduduk neraka. aku si celaka yang terusir, ini akhir yang ingin aku sampaikan kepadamu. dan aku tak berbohong.”

Sampaikanlah risalah ini kepada saudara-saudara kita, agar mereka mengerti dengan benar, apakah tugas-tugas dari Iblis atau Syaithan tsb. Sehingga kita semua dapat mengetahui dan dapat mencegahnya dan tidak menuruti bisikan dan godaan Iblis atau Syaithan.

Mudah-mudahan dengan demikian kita dapat setidak-setidaknya membuat hidup ini lebih nyaman dan membuat tempat serta lingkungan kita lebih aman.


Allahualam bi shawab


Lahaula walaquata illabillahi 'aliyuladziim.


sumber tulisan 

Some things are more important.

SON: "Daddy, may I ask you a question?"

DAD: "Yeah sure, what is it?"

SON: "Daddy, how much do you make an hour?"

DAD: "That's none of your business. Why do you ask such a thing?"

SON: "I just want to know. Please tell me, how much do you make an hour?"

DAD: "If you must know, I make $100 an hour."

SON: "Oh! (With his head down).

SON: "Daddy, may I please borrow $50?"

The father was furious.

DAD: "If the only reason you asked that is so you can borrow some money to buy a silly toy or some other nonsense, then you march yourself straight to your room and go to bed. Think about why you are being so selfish. I work hard everyday for such this childish behavior." The little boy quietly went to his room and shut the door. The man sat down and started to get even angrier about the little boy's questions. How dare he ask such questions only to get some money? After about an hour or so, the man had calmed down, and started to think: Maybe there was something he really needed to buy with that $ 50 and he really didn't ask for money very often. The man went to the door of the little boy's room and opened the door. DAD: "Are you asleep, son?"

SON: "No daddy, I'm awake".

DAD: "I've been thinking, maybe I was too hard on you earlier. It's been a long day and I took out my aggravation on you. Here's the $50 you asked for." The little boy sat straight up, smiling.

SON: "Oh, thank you daddy!" Then, reaching under his pillow he pulled out some crumpled up bills. The man saw that the boy already had money, started to get angry again. The little boy slowly counted out his money, and then looked up at his father. 

DAD: "Why do you want more money if you already have some?"

SON: "Because I didn't have enough, but now I do. "Daddy, I have $100 now. Can I buy an hour of your time? Please come home early tomorrow. I would like to have dinner with you." The father was crushed. He put his arms around his little son, and he begged for his forgiveness. It's just a short reminder to all of you working so hard in life. We should not let time slip through our fingers without having spent some time with those who really matter to us, those close to our hearts. Do remember to share that $100 worth of your time with someone you love? If we die tomorrow, the company that we are working for could easily replace us in a matter of days. But the family and friends we leave behind will feel the loss for the rest of their lives. And come to think of it, we pour ourselves more into work than to our family. Some things are more important. From facebook shared

The week in review: Political novel in-the-making


Indonesia’s chattering classes got all excited after Anas Urbaningrum announced his resignation as chairman of the ruling Democratic Party and quipped that this was only “the first page” as he seeks to defend his name and reputation against charges of corruption.

In the absence of any other major breaking story, Anas dominated the news headlines this past week. While he has revealed nothing to suggest that he is moving to Page Two anytime soon, there was never any shortage of speculations and conspiracy theories from politicians, pundits and journalists to keep the nation busy, if not amused and entertained. The social media make sure that whatever these people have to say are being quickly disseminated to a much wider audience beyond the small political elite.

Whether Anas is innocent or guilty of corruption as charged by the Corruption Eradication Commission (KPK), he comes across as vengeful, someone determined to bring everybody else’s down, including the party which he had chaired since 2010, and even President Susilo Bambang Yudhoyono or members of the First Family. At least, that’s how the media have portrayed him, rightly or wrongly.

As party chair for three years, he certainly knew about what went on within the party much more than he cares to admit, including how chief treasurer Muhammad Nazaruddin used the party’s influence to secure lucrative contracts and raise funds. Nazaruddin, jailed for seven years, has implicated other party seniors, including former youth and sports minister Andi Mallarangeng and now, finally, Anas. Exactly how deep Anas was involved in the scam over the construction of the Rp 1.17 trillion (US$121 million) Hambalang sports complex project in West Java is what the KPK is trying to determine.

Anas may know a lot, but the more pertinent question is how much he would reveal and how far he would be willing to bring down the party or President Yudhoyono with him. While there are pressures from the party’s detractors for Anas to go all the way, he knows too that the more he reveals, the more he incriminates himself. He was, after all, the chair of the party, and therefore the most responsible for how the party raised its money. Anas would destroy himself first before he brings everybody else’s down.

Another reason why the nation’s political elite got all excited this week was the suggestion (which did not come from Anas’s mouth) that he had some new information about the process of the 2008 Bank Century bailout that would reveal the role played by Vice President Boediono and World Bank Managing Director Sri Mulyani Indrawati. These two were respectively the Bank Indonesia governor and the finance minister at the time of the bail out, and therefore deemed as most responsible for making the decision.

Whatever the Bank Century piece of information Anas has, it is unlikely to change the nature of the KPK investigation. After more than four years, everything we need to know about the bailout surely is already known. The real question for the KPK now is to determine whether any crime had been committed as the House of Representatives has insisted. Still this didn’t stop the President’s detractors in the House to
demand a hearing with Anas and to suggest that KPK question him about Bank Century. The KPK has also announced this week that it will travel to Washington DC to question
Sri Mulyani.

The KPK in the meantime decided this week to launch an independent inquiry into how a draft letter ordering the investigation of Anas had been leaked. The leak, one week before Anas was officially named a graft suspect, led to speculation that the KPK had come under pressure from the Presidential Palace.

Rather than a story about Anas’ role in the Hambalang scandal, his story quickly turned into a tale about how Yudhoyono was plotting to remove Anas. This has become the dominant story line, at least for this week.

This has been Anas’ week, but he is wrong to think that this is the first page of a big story. His story would be too small to stand on its own. Anas may not even be the central figure in this still evolving political drama. He may be the main character in the current chapter of the story dedicated to his part and his role. But Anas doesn’t get to write the story and therefore doesn’t get to choose how it would end. And Anas is not necessarily the good guy in the novel either. So his supporters should be prepared to be disappointed with an anti-climax ending for this particular chapter on Anas.

Anas’ story instead is a part of much broader and longer political drama in-the-making about high level corruptions in this country. Anas joins other characters who have already come and gone in the story, including Nazaruddin, Angelina Sondakh to Andi. No doubt there will be other characters as the story unfolds in the coming weeks and months. We have yet to see what role Yudhoyono played in all this mess.

This may turn out to be one of the longest-running political novels Indonesia has seen. Just sit back and enjoy, and watch how it ends.

— Endy M. Bayuni

sumber The Jakarta Post

Tungku Kehidupan Pendaki Merbabu




Mbok Wahyuni (60), begitulah warga Desa Wekas, Magelang, Jawa Tengah ini disapa. Setiap hari selalu siap sedia memberikan energi baru untuk para pendaki Gunung Merbabu melalui tungku perapiannya ini. Seumur hidupnya, si mbok tinggal di desa terakhir di kaki gunung setinggi 3142mdpl ini. Uniknya, si mbok belum pernah menginjakkan kakinya ke Puncak Merbabu.

"Sampai pos 2 saja, buat apa ke puncak," tuturnya pada kami,Sabtu 16/2. Sembari mengaduk-aduk nasi yang hampir matang, si mbok selalu menjawab pertanyaan kami. 

Photo edited by Rigo Hidayat

Budaya Baca dan Koran Dinding

Selasa (12/2) siang, matahari terik menyengat kulit di ramainya lalu lintas kota Surakarta. Berbagai kesibukan masyarakat tetap terus berjalan. Ada tukang becak yang terus menyusuri jalanan mencari penumpang, pedagang kaki lima yang setia menjaga barang dagangannya, dan para siswa yang terlihat ceria bersenda gurau sesamanya di perjalanan pulang

Di persimpangan jalan Gadjah Mada no 59 Surakarta, di bawah pohon rindang terlihat pemandangan unik. Seorang tukang becak bertopi merah sedang mengamati halaman-halaman koran di etalase kaca. Selang sesaat, beberapa orang ikut bergabung dan serius mengamati halaman-halaman koran tersebut.

Sejuknya hembusan angin siang hari, tak mengahalangi aktivitas warga Solo untuk mampir ke persimpangan jalan itu. Ya, tepatnya di depan Gedung Monumen Pers Nasional, di bawah pohon rindang koran-koran dinding itu dipajang dan dikonsumsi setiap hari oleh masyarakat.

Berbagai informasi disajikan melalui koran dinding itu. Isu politik, hukum, ekonomi, olahraga hingga iklan lowongan kerja menjadi konsumsi harian warga Solo di saat siang dan sore menjelang.

warga Solo sedang menikmati sajian koran dinding/foto: dokumentasi pribadi


Koran dinding, saya menyebutnya demikian, menjadi bukti bahwa budaya baca dikalangan masyarakat masih ada. Kemasan menarik, situasi dan suasana yang tepat serta budaya membaca sambil berdiri, menjadi daya tarik bagi koran dinding sehingga senantiasa dikunjungi.

Koran dinding, seperti di kota Solo ini sulit ditemukan di perkotaan Indonesia. Sepenemuan saya, hanya baru di depan gedung societe Sasana Soeke (sekarang gedung monumen pers nasional) budaya baca koran dinding dilestarikan.

Koran dinding menurut saya tak sekadar koran yang ditempel di papan kaca bak papan-papan pengumuman. Lebih dari itu, terdapat suatu budaya baca yang memberikan efek samping positif bagi kebersamaan sebagai satu kehidupan sosial.

Budaya baca koran dinding pun menjadi sajian unik dan menarik di tengah berkembangnya dunia komunikasi informasi. Bisa bersama kita saksikan dan rasakan, di era penuh gadget setiap individu dengan mudahnya mengakses informasi dari situs-situs online. Tak perlu melewati terik matahari dan padatnya lalu lintas, informasi sesuai keinginan dengan gampang dapat diperoleh.

Dengan adanya koran dinding, masyarakat secara langsung dapat berkomentar,  bercoloteh dan berdiskusi tentang topik-topik di koran tertentu yang dipajang. Pola pikir dan sikap untuk mengenal sesama lambat laun akan tumbuh di saat kegiatan membaca. Semua merasa sama, tak ada lagi pembedaan status sosial, semua terfokus menikmati sajian media massa.

Budaya baca dan koran dinding bisa saja menjadi sebuah tawaran baru di tengah semakin menurunnya minat baca masyarakat akan media massa cetak seperti koran. Pemerintah daerah di seluruh Indonesia dimungkinkan untuk menerapkan budaya koran dinding seperti di kota asal Jokowi ini. Tempat-tempat strategis fasilitas umum bisa diletakkan koran dinding. Di samping melayani masyarakat akan informasi, koran dinding bisa dijadikan satu cara untuk meningkatkan kembali budaya baca di kalangan masyarakat luas.

Bagi Anda yang tidak mau membeli koran atau malas membaca, budaya baca koran dinding mungkin pilihan tepat. Di samping unik, tentunya akan menyenangkan dan menambah kenalan dengan sesama pembaca koran dinding.



Hak Cipta dan Kesejahteraan

Para pengarang di negeri minim apresiasi. Maka, tak heran bila sering dijumpai mereka hidup di bawah garis kemiskinan. Ada sebuah esai sarkastis yang ditulis penyair Sitok Srengenge di sebuah media yang menceritakan pengalamannya ketika hendak membuat kartu tanda penduduk (KTP) di kelurahan. Dia diminta mengisi formulir seperti pekerjaan. Sitok bingung ketika akan mengisinya sebagai penyair, sastrawan, novelis, atau cerpenis.

Tampaknya, pekerjaan penulis belum diakui di negeri ini. Uniknya, dalam kolom profesi malah terdapat ‘paranormal.’ Sastrawan kondang itu berpendapat, di negara terbesar keempat dunia ini para normal lebih dikenal daripada penulis!

Kisah tersebut sekadar menggambarkan bahwa penulis atau pengarang dan turunannya seperti novelis, cerpenis, penyair, kolomnis, dan seterusnya sangat kurang dihargai. Para pengarang juga mesti memperjuangkan sendiri honor yang tak pernah mengikuti inflasi.

Sesungguhnya, menulis atau mengarang adalah pekerjaan yang seharusnya immaterial. Bahasa lugasnya, kalau mau mengarang, jangan memikirkan honor karena hanya akan memperburuk kualitas karya. Begitulah dia mengarang bukan untuk mencari uang. Di sisi lain, ada pengarang yang mencari uang. Dengan kata lain, dia menulis untuk mencari nafkah seperti sebagai novelis.

Gambaran tersebut mau menjelaskan betapa miris nasib kaum pengarang. Mereka kerap tidak dipedulikan penerbit. Padahal penerbit adalah pihak yang bekerja sama secara fair dengan para pengarang. Untuk itu, sudah seharusnya ada "peninjauan kembali" hubungan antara pengarang dan penerbit terutama dalam persentase penghargaan pada penulis.

Dalam penerbitan buku, misalnya, tak jarang pengarang hanya memperoleh tak lebih dari sepuluh persen laba hasil penjualan. Surat kabar acap kali lamban memenuhi kewajiban terhadap pengarang. Selain honor yang diterima kecil, pelunasannya pun terkadang membutuhkan waktu yang sangat lama.

Di sisi lain, tulisan para pengarang juga sering tidak dihargai hak intelektualnya, sehingga banyak yang meniru (memplagiat). Memang dalam era digital sangat meudah membajak tulisan. Banyak yang melakukan peniruan atau mengambil saripati untuk dikembangkan menjadi tulisan baru. Praktik plagiasi bahkan terjadi di kalangan pendidikan di mana untuk memperoleh gelar kerap kali harus meniru hasil karanya orang lain.

"Budaya" membajak amat kuat di masyarakat. Honor yang kecil diperparah dengan perilaku gemar membajak. Jadilah pengarang ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Sampai kini perlindungan hukum terhadap hasil karya sastra belum maksimal. Semua pihak harusnya menghargai hak-hak intelektual seseorang.

Hak
Hak cipta merupakan perlindungan hukum yang diberikan kepada pengarang atau pekerja seni atas karya di bidang ilmu pengetahuan, sastra, dan seni. Pemegang hak cipta dan ahli warisnya memiliki hak eksklusif buat (atau memberi izin pihak lain untuk) menggunakan karyanya.

Pemegang hak cipta juga berhak mencegah pihak lain untuk mereproduksi karya dalam segala bentuknya, mengumumkan, menerjemahkan ke bahasa lain, dan/atau mengadaptasi karya seperti dari novel ke skenario untuk sebuah film atau sinema televisi. Namun pelanggaran tetap saja masih sering terjadi.

Istilah copyright berasal dari negara-negara dengan sistem common law. Dalam sistem civil law, di mana Indonesia merupakan penganutnya, hak cipta dikenal dengan istilah author’s right atau droit d’auteur, dereco de autor, Urheberrecht (Graeme B Dinwoodie dalam Dina Widyaputri Kariodimedjo, 2010).

Copyright terdiri dari hak ekonomi dan moral. Hak ekonomi adalah memberi eksklusivitas pencipta untuk memperoleh manfaat finansial dari karyanya. Hak ekonomi meliputi untuk memperbanyak, mendistribusi, menerjemahkan, mengadaptasi, membuat pertunjukan, dan/atau memperagakan suatu karya.

Hak moral terdiri dari paternity right, integrity right, dan privacy right. Hak ekonomi dapat dipindahtangankan ke pihak lain yang dapat juga memindahkannya lagi. Hak ekonomi memiliki masa berlaku. Sementara hak moral tidak dapat dipisahkan dari pengarang dan ahli waris serta berlaku selamanya.

Maka, jelaslah bahwa pengarang sejatinya memiliki hak ekonomi dan moral yang inheren. Namun kenyataannya, kedua hak tersebut belum dimengerti pengarang yang biasa meniru. Budaya membajak di negeri ini sudah kronis, sehingga sangat sulit untuk diberantas.

Hak ekonomi, buat para pengarang, barangkali memang ada. Sebagian pengarang dapat hidup hanya dengan honor (yang jauh dari pantas) dari tulisan-tulisannya. Namun, jumlah mereka amat kecil. Hanya pengarang yang "punya nama" bisa dikatakan berdikari dengan karyanya. Selebihnya, pengarang hidup dari penghargaan yang begitu kecil dari penerbit. Tragisnya, "pihak lain" itu malah mendulang keuntungan ekonomi lebih besar ketimbang pengarang sebagai pemegang hak cipta.

Kendati hak ekonomi pengarang memiliki permasalahannya sendiri, tantangan terberat justru datang dari penegakan hak moral. Indonesia adalah negara dengan peringkat pembajakan cukup tinggi. Perangkat lunak komputer dan karya digital lain menjadi sasaran pembajakan yang utama. Anehnya, kenapa bangsa ini tidak mampu "membajak" teknologi otomotif, sehingga sampai sekakrang belum merdeka dari "penjajahan" karya otomotif Jepang, Korea Selatan, dan Eropa.

"Budaya" membajak rupanya juga melanda karya tulis. Masyarakat amat gemar memplagiasi karya orang lain. Padahal setiap karya tulis memiliki hak moral yang privat kakrena menunjukkan keunikan pengarangnya. Penegakan hak cipta semakin mendesak. Namun harapan tersebut masih jauh dari kenyataan karena tampaknya pemerintah sendiri tidak terlalu fokus. Sebab penegakan hukum yang lebih besar pun sangat belum memuaskan.

AP Edi Atmaja
Penulis adalah Mahasiswa Magister Ilmu Hukum,
Universitas Diponegoro

sumber dari Koran Jakarta

Bonus Demografi, Bonusnya Pengusaha


Tahun 2013 tentunya harus menjadi langkah baru generasi muda Indonesia. Langkah yang tak lagi santai, tapi langkah luar biasa demi tercapainya cita-cita gejolak jiwa muda, gejolak kesuksesan.

Tren generasi muda di awal tahun adalah membuat resolusi. Resolusi bagaikan daftar keinginan yang siap diwujudkan hingga tahun depan datang. Oleh karenanya, siapkah Anda, hai generasi muda untuk membuat resolusi luar biasa? Tentunya resolusi yang menuntun Anda pada gejolak-gejolak kesuksesan tadi.

Sebelum generasi muda Indonesia membuat daftar resolusinya, saya ingin menawarkan pada generasi muda di seluruh negeri nan indah ini, Indonesia. Tawarannya adalah apakah Anda mau suatu bonus? Pasti tak ada yang menolak jika diberi bonus, terlebih bonusnya berupa uang. Mari kita bersama simak, bonus apa ya yang sedang saya coba tawarkan.

Kita sebagai generasi muda pasti sudah tahu bahwa pada periode tahun 2020-2035 adalah momentum luar biasa bagi perekonomian bangsa Indonesia. Kenapa bisa ya? Pasti bisa, karena pada rentang waktu itulah Indonesia diprediksikan akan melewati masa hebat dan itu tak akan terulang kembali di masa selanjutnya.

Bagi Anda berjiwa wirausaha tentunya sudah siap menghadapi masa hebat itu. Masa hebat itu dikenal dengan masa Bonus Demografi. Dengan artian Indonesia akan melewati masa di mana jumlah penduduk produktif lebih besar dibandingkan jumlah penduduk muda.

Berdasarkan laporan McKinsey Global Institute (MGI), pada 2030 Indonesia akan menjadi negara dengan perekonomian terbesar ke-7 di dunia mengalahkan Jerman dan Inggris.

Hebatnya, Indonesia menjadi negara maju dengan didorong pertumbuhan kelas konsumen yang akan tumbuh dua kali lipat pada 2030. Lebih lanjut diperkirakan perekonomian Indonesia terus tumbuh 5%-6%, pada tahun 2030 terdapat tambahan 90 juta jiwa kelas konsumen baru. Jika Indonesia mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi menjadi 7%, besar kemungkinan akan tumbuh 170 juta jiwa kelas konsumen baru.

Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki konsumsi domestik yang besar. Berbeda dengan Cina dan India yang tumbuh pesat disebabkan tingginya angka kontribusi ekspor. Sebagai gambaran, McKinsey menjelaskan kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia hanya sekitar 11%, sementara kontribusi konsumsi domestik terhadap PDB mencapai 55%.

Sebuah peluang fantastis bukan? Sekarang pertanyaannya, apakah produsen juga akan tumbuh seiring pertumbuhan dua kali lipat konsumen? Apakah kita sebagai generasi muda membiarkan kontribusi konsumsi yang 55% dimanfaatkan oleh negara asing? Tentunya jawabannya tidak. Sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, tentunya sangat banyak peluang usaha yang bisa dikembangkan. 

Laporan McKinsey menitikberatkan peluang pasar tersebut akan berasal dari empat sektor, tiga diantaranya mentransformasikan perekonomian Indonesia yakni jasa, perkebunan dan perikanan, dan sumber daya alam. Hal terakhir yang penting adalah bagaimana memainkan peran dalam meningkatkan kemampuan tenaga kerja yang akan mendiversifikasi perekonomian Indonesia lebih hebat lagi. 

Sebagai generasi muda, kita harus tahu dong cara menghadapi bonus demografi mendatang. Tentunya kita tidak mau, ketika saatnya tiba bonus demografi, kita sebagai generasi bingung tak tahu mau melakukan apa. Jangan sampai kita hanya menjadi penonton di panggung kehidupan bangsa kita sendiri. Untuk itu perlu pengenalan dan persiapan yang saat ini harus kita lakukan segera. 

Hal pertama dan terpenting untuk menghadapi bonus demografi adalah produktivitas. Untuk meningkatkan produktivitas dibutuhkan lapangan kerja yang mampu menampung peningkatan tenaga kerja usia produktif. Tanpa adanya penciptaan lapangan pekerjaan baru serta peningkatan kualitas sumber daya manusia, bonus demografi tidak akan menjadi window of opportunity, justru sebaliknya malah menjadi window of disaster. 

Kita sebagai generasi muda tidak ingin ketika bonus demografi datang, peluang kerja sangat sulit, seleksi ketat dan berujung pada pengangguran terdidik. Oleh karenanya Indonesia butuh banyak lapangan kerja. Dan ingat lapangan kerja itu harus diciptakan dan dibangun. Nah, kesempatan untuk generasi muda, seperti kita-kita ini untuk menciptakan lapangan kerja baru. Kalau bukan kita siapa lagi. Tentunya kita tidak mau menggantungkan nasib masa depan kita pada generasi sebelum kita yang penuh berbagai persoalan. 

Kita pun harus menguatkan diri secara fisik dan finansial untuk menghadapi bonus demografi nanti. Inovasi dan kreatifitas tentu sangat dibutuhkan. Kita tak hanya bersaing sesama generasi muda di Indonesia, tapi juga kita mendapat tantangan dari luar negeri. Terlebih perdagangan bebas segera berlaku total. 

Masih banyak peluang untuk memajukan negeri ini melalui tangan wirausaha. Tanah tropis nan subur banyak yang tidak dikelola. Pemanfaatan kekayaan laut kepulauan Indonesia masih jauh dari harapan. Sektor jasa pun semakin banyak dibutuhkan di Indonesia dan masih banyak lagi. Itu tugas kita sebagai generasi muda untuk menangkap semua peluang itu dan tentunya harus dimanifestasikan dalam kehidupan nyata berupa status baru: wirausaha Indonesia.

Untuk itu mari kita berharap dan berbuat untuk masa depan Indonesia yang lebih baik. Mari arahkan resolusi kita di awal tahun 2013 ini sebagai satu langkah bersama-sama menyongsong karunia Tuhan berupa bonus demografi. Semua itu tentunya membutuhkan komitmen, kerja keras,kerja cerdas dan sikap yang pantang menyerah. Semuanya untuk Indonesia nan jaya. Selamat tahun baru 2013 hai para calon generasi muda pengusaha Indonesia.

Penertiban PKL Yang Tak Kunjung Usai

“Hei, kau berjualan di sini ?” ujar salah satu oknum ketertiban umum.

“Eh, iya Pak,” ujar seorang pedagang kaki lima (PKL) di sebuah tempat keramaian di Kota Bandung. Sambil menjawab pertanyaan oknum tersebut, ia pun mengeluarkan sebungkus rokok. Oknum tersebut pun pergi mencari PKL di tempat yang tidak jauh dari sana.Mencari tambahan rokok atau pun uang.

Cerita singkat di atas adalah satu diantara banyak cerita yang dikemukakan oleh Heri (bukan nama sebenarnya) tentang permasalahan rumit dan peliknya penertiban pedagang kaki lima yang berjualan di tratoar Kota Bandung.

Heri adalah pedagang kaki lima yang memarkirkan gerobaknya di kawasan Jl. Ahmad Yani Kota Bandung untuk berjualan empek-empek. Ia telah lama berjualan sebagai pedagang kaki lima. Ia pun sering berpindah-pindah tempat di beberapa kawasan di Bandung untuk berjualan menghidupi keluarganya.

Kota Bandung merupakan salah satu kota besar yang ada di Indonesia. Dengan berbagai macam daya tariknya, baik di bidang pariwisata, kuliner dan pusat perbelanjaan membuat Bandung menjadi tempat yang mendapat banyak kunjungan. Pengunjung tidak hanya berasal dari daerah sekitar, seperti Jakarta. Akan tetapi, pengunjung juga banyak berasal dari luar negeri. Daya tarik Bandung tersebut juga memberikan dampak negative bagi ketertiban dan keindahan kota. Keindahan Kota Bandung mulai terusik ketika semakin menjamurnya jumlah PKL yang memadati tratoar, bahu jalan, taman-taman hijau dan ruang terbuka.

Ada beberapa daerah yang menjadi pusat keramaian dan banyak pedagang kaki lima. Kawasan ini dikenal dengan kawasan tujuh titik dan harusnya bebas PKL. Yaitu : Kawasan Pasar Baru, Jl Dalem Kaum, Jl Kepatihan, Jl Asia Afrika, Jl Otto Iskandardinata, Jl Dewi Sartika serta di kawasan Alun-alun Kota Bandung.

Pada tahun 2005, Pemerintah Kota Bandung mengeluarkan Peraturan Daerah mengenai K3. Peraturan tersebut tercantum pada pasal 49 ayat (1) Perda nomor 11 tahun 2005 yang berbunyi: “Bahwa setiap orang atau badan hukum yang melakukan perbuatan berupa : “berusaha atau berdagang di tratoar; badan jalan/jalan; taman;jalur hijau dan tempat-tempat lain yang bukan peruntukannya tanpa izin dari waliKota dikenakan biaya paksa penegakan hokum sebesar Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah) dan/atau sanksi administrative berupa penahan untuk sementara waktu KTP atau kartu identitas penduduk lainnya.”

Sejak 2005, Perda tersebut belum memberikan dampak bagus pada ketertiban umum akan keberadaan PKL di tratoar. Hal itu terbukti hingga sekarang ada kurang lebih 40.000 jumlah PKL di Kota Bandung. Tratoar merupakan tempat pejalan kaki dan hak publik untuk memanfaatkannya. Akan tetapi, ketika PKL mulai menjamur, hak publik tidak lagi didapatkan. Hak publik yang menggunakan tratoar diambil oleh pedagang kaki lima.
Satuan Kepolisian Pamong Praja (Satpol PP) merupakan badan ketertiban umum yang ditunjukkan oleh pemerintah kota untuk menegakkan produk undang-undang daerah. Tentu dalam kasus bertambahnya PKL ini, Satpol PP merupakan pihak yang berwenang besar untuk menanggapi mengapa jumlah PKL bisa bertambah.

Andriani, Pelaksana Bagian Penyidik Satpol PP Kota Bandung mengungkapkan bahwa penertiban PKL merupakan permasalahan yang kompleks dan rumit. Di dalam penegakkannya, pihak Satpol PP tentunya menggunakan prosedur-prosedur yang tidak merugikan pihak-pihak lain.

“Di dalam operasional, kami lebih banyak menggunakan cara persuasif. Untuk daerah tujuh titik memang tidak memakai peringatan. Jika ada, langsung diambil dagangannya dan diserahan ke penyidik untuk di sidang. Di luar wilayah tujuh titik, kita pakai prosedur peringatan. Jika tidak bisa baru ditindak,”ujarnya.

Di dalam penertiban PKL ini, terdapat istilah mati satu tumbuh seribu. Satu PKL yang ditertibkan, timbul lagi jumlah PKL yang lebih banyak. Pada awalnya cara pengambilan gerobak dengan paksa oleh Satpol PP bertujuan sebagai shock terapi bagi PKL. Namun itu tidak berjalan efektif.

“Memang kurang efektif, tetapi jika kami lakukan dengan kekuatan penuh juga tidak efektif. Akan ada perlawanan dari PKL,” ujar Andriani.

Berdasarkan data tersebut, pada tahun 2010, Satpol PP berhasil menertibkan 322 PKL di kawasan tujuh titik.Jumlah di tahun 2010 menurun dibandingkan tahun 2009 yang berjumlah 520 PKL.Untuk bisa menertibkan PKL tersebut, banyak sekali tantangan yang harus dihadapai oleh pihak Satpol PP. Mulai dari penentangan dari PKL hingga pernyataan sinis.

“Sampai Jumat mah, maling aja.Kita mengerjakan pekerjaan halal malah ditertibkan,” ujar Andriani menirukan ucapan pedagang yang mengambil berkas untuk pemeriksaan.

 Pernyataan tersebut di terimanya dengan muka pedagang yang sinis. Memang sidang untuk penertiban PKL selalu dilakukan di hari Jumat di Pengadilan Negeri Bandung.

Publik yang Dilema

Tratoar merupakan tempat bagi pejalan kaki. Tratoar di buat agar pejalan kaki bisa berjalan dengan tenang dan selamat hingga tujuan. Namun, apa jadinya jika tratoar merupakan hak publik diambil oleh pedagang kaki lima untuk berjualan. Apakah ini merupakan perampasan hak publik? Akan tetapi, ada juga publik yang merasa diuntungkan dengan keberadaan PKL. Hal ini menjadi sebuah dilema.

“Tratoar dibuat kan untuk menjaga keselamatan pejalan kaki. Akan tetapi, karena tratoar digunakan oleh pedagang, saya sering berjalan kaki di jalanan. Itu membahayakan diri saya. Seharusnya, pedagang tersebut jangan dibiarkan berjualan di sana. Pemerintah kota harus menyediakan tempat bagi mereka” ujar Lani, masyarakat Kota Bandung menanggapi penyalahgunaan tratoar oleh PKL.

Ahli Pemerintahan, Ahmad Fauzan mengatakan bahwa penegakan Perda yang berkaitan dengan ketertiban umum sudah ada di tangan Satpol PP.

“Jika PKL bandel, ketertiban umum yang bertanggung jawab. Selanjutnya, di dalam kinerja Satpol PP apakah betul sesuai dengan peraturan perundangan atau menindak langsung atau banyak toleransi. Sehingga akhirnya Perda ini tidak terlaksana dengan baik,” ujar Ahmad yang juga dosen Ilmu Pemerintahan Fisip Unpad.

Akan tetapi, masih ada juga publik yang setuju dengan keberadaan pedagang kaki lima. Alasannya adalah memudahkan pembeli untuk berbelanja. Pada saat ulang tahun ke 200 Kota Bandung, media massa Pikiran Rakyat mengadakan survei terhadap sekitar 1500 pembacanya akan persentase prioritas penanganan masalah Kota Bandung. Ternyata hanya 6 % dari responden yang menginginkan penertiban tratoar. 

“Dalam survei orang akan berfikir untung dan rugi.Dari segi konsumen mereka pasti mendukung. Kaki lima seperti apa, saya kira kaki lima yang tidak permanen. Saya tidak melihat signifikansi apakah ini menguntungkan dari segi konsumen atau tidak,” ujar Ahmad ketika menanggapi survei tersebut.

Usir PKL, APBD Bandung Pun Melayang

Suatu keberhasilan yang besar bisa dilihat oleh masyarakat Bandung. Itu terlihat ketika pada 6 Desember 2010, Wali Kota Bandung Dada Rosada melepas sekitar 159 pedagang dengan 304 gerobak dagangan Pedagang Kaki Lima yang biasa berjualan di seputaran Alun-Alun Kota Bandung mulai dipulangkan ke kampung halamannya. Mereka yang selama 7 tahun berjualan di tempat itu diminta untuk tak lagi berjualan dengan kompensasi pembelian gerobak dan pemberian uang hingga Rp 2 juta per orang.(tempointeraktif.com, Senin, 6 Des 2010)

Pemerintah kota merogoh kocek anggaran APBD daerah Bandung sebesar Rp 2,25 miliar untuk penertiban dan kompensasi para ratusan PKL di kawasan tujuh titik bebas PKL. Setiap PKL diberikan dana hibah sebesar 1,5 -2 juta rupiah per gerobak. Di samping itu, mereka juga diminta untuk berjanji tidak akan kembali ke Alun-Alun untuk berjualan. Proses pemulangan khusus wilayah Auln-Alun ini menghabiskan dana sebesar 500 juta rupiah.
Andriani, pelaksana bagian penyidik Satpol PP mengakui bahwa pemberian dana hibah itu benar. Dan pemberian itu diberikan langsung oleh Pemkot ke perwakilan PKL di daerah Alun-Alun.

“Dana hibah diberikan langsung pada perwakilan PKL itu sendiri. Satpol PP tidak pegang uang itu.Yang membagikannya juga dari perwakilan mereka,” ujarnya.

Jumlah pedagang kaki lima yang dipulangkan semuanya berasal dari luar Kota Bandung. Sebanyak 90% berasal dari Garut dan 10 % berasal dari daerah sekitar Bandung, seperti Ciparay, Soreang ,dan Majalaya.

“Harusnya pemerintah kita secara komprehensif harus mengkaji, bukan hanya mengganti dan mengusir,” ungkap Ahli Pemerintahan Unpad, Ahmad.

Ahmad mengatakan hal utama yang dilihat adalah ada apa dengan push factor (faktor pendorong), sehingga banyak PKL. Apalagi Kota Bandung dikelilingi oleh Kota-Kota satelit. Alasan klasikal, mereka (PKL) kekurangan uang di daerah asal. Melihat di Kota, betapa mudahnya mencari uang, sehingga mereka mudah tergiur

“Ada apa permasalahan di wilayah mereka masing- masing dan mereka dengan mudah masuk Kota.Padahal itu tidak boleh.PKL, pengemis, topeng monyet itu bukan orang Bandung. Ini yang harus diatasi bersama-sama. Jika diganti, mereka akan tetap berkutat di Kota Bandung,”ujarnya.

Butuh Keseriusan Menghadapi Masalah PKL

Penggantian gerobak atau dana hibah yang diberikan oleh Pemkot bukanlah langkah tepat untuk mengurangi jumlah PKL di Kota Bandung. APBD merupakan uang masyarakat Kota Bandung, dan diberikan pada PKL yang sebagian besar bukan orang Bandung.

Salah seorang pedagang kaki lima pun mengakui bahwa apa yang mereka lakukan (red:berjualan di tratoar) adalah salah. Namun, mereka harus berusaha mencari sesuap nasi yang halal untuk menyambung hidup diri sendiri dan keluarga.

“Butuh keseriusan untuk membahas masalah PKL ini. Kita harus melihat dari dua sisi. Masyarakat ingin jalan bisa rapi, pedagang untuk hidup dan pemerintah ingin kota bisa bersih,” ujar seorang pedagang yang tidak mau disebut namanya.

Ahli pemerintahan Unpad, Ahmad juga mengatakan bahwa melihat permasalahan kaki lima ini terkait dengan urban. Adanya teori push anda full factor. Artinya adanya masalah di daerah asal PKL dan daya tarik kota.

“Bikin kota menjadi tidak menarik. Karena menarik itulah yang membuat kaum urban banyak masuk ke kota. Selain itu, Satpol PP juga harus rajin merazia dan mengawasi. Jika sering dibersihkan, maka orang akan berfikir masuk ke Kota Bandung. Jika masih ada toleransi, ya hasilnya akan tetap seperti sekarang juga,” ujar Ahmad.

jika PKL bisa ditertibkan, tratoar akan bersih dan hak publik untuk menggunakan tratoar pun kembali. Dampak positif pun akan timbul, diantaranya kemacetan yang membuat rugi akan bisa teratasi. Kota akan menjadi lebih indah sehingga mengundang banyak pengunjung, akhirnya akan menambah pendapatan daerah Kota Bandung. Semoga harapan ini bisa terwujud.M. Diaz Bonny S

APBN Masih Dianggap Dokumen Rahasia

Direktur Eksekutif Indonesia Budget Center (IBC), Arif Nur Alam, memandang bahwa APBN masih dianggap sebagai suatu dokumen yang rahasia.

Menurut dia, masyarakat hanya bisa mengakses APBN ketika produk anggaran tersebut telah ditetapkan oleh pemerintah dan DPR RI.

"Tentang keterbukaan informasi kalau kita kaitkan dengan RAPBN atau APBN memang terjadi pendangkalan, pengaburan keterbukaan informasi," sebut Arif, dalam konferensi pers terkait Open Government Partnership, di Jakarta, Minggu (15/4/2012).

Ia menyebutkan, selama ini dokumen APBN dipandang sebagai hal yang rahasia ketika masih dibahas oleh pemerintah dan DPR. Baru setelah produk anggaran tersebut ditetapkan masyarakat bisa mengaksesnya.
Hal ini lantas bertentangan dengan Undang-undang Keterbukaan Informasi Publik (KIP), UU Nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik dan UU Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara.
"Dalam UU Nomor 17 tahun 2003 bahwa anggaran negara harus dikelola secara transparan dan akuntabel untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat," tambah Arif.

Berdasarkan sejumlah produk hukum tersebut, keterbukaan informasi terkait APBN itu seharusnya dimulai dari proses pembahasan hingga pada produk APBN itu ditetapkan.

Maksudnya, produk APBN bisa diakses untuk mendorong partisipasi publik dalam proses pembahasan.
"Tapi faktanya RAPBN yang dibahas oleh pemerintah dan DPR itu masih dianggap sebagai dokumen rahasia. Ada pengaburan tentang makna semata informasi itu hanya ketika produk ditetapkan," tegas dia.

"Jadi saya kira sebenarnya ada pendangkalan pemaknaan tentang substansi keterbukaan informasi. Itu mengalami pengaburan," pungkas Arif.

Bank Mandiri, Solusi Kehidupan Mandiri Anda

Semakin tingginya permintaan layanan keuangan dari masyarakat Indonesia, mengharuskan dunia perbankan kompetitif dalam memberikan keunggulan dalam pelayanan. Data Bank Dunia menunjukkan 56,5 persen dari 237 juta penduduk Indonesia adalah kelas menengah. Semakin tumbuhnya kelas menengah, tentunya memberikan peluang besar bagi produk perbankan.

Sebagai salah satu bank ternama dan terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara, Bank Mandiri telah memberikan layanan  terdepan, terpercaya bagi konsumennya. Tentunya dengah harapan Bank Mandiri dapat tumbuh dan mewujudkan masa depan bersama Anda.

Demi memberikan pelayanan maksimal, Bank Mandiri dalam layanan distrubusinya telah dilengkapi jaringan Electronic Data Capture, Electronic Channels yang meliputi Mandiri Mobile, Internet Banking, SMS Banking dan Call Center 14000. Dengan pelayanan tersebut, pengguna Bank Mandiri telah memeroleh banyak kemudahan dalam setiap kebutuhan dalam hidup. Bagi Anda yang masih bingung memilih layanan perbankan, segera putuskan bahwa Bank Mandiri-lah yang selama ini Anda dambakan.

Dengan kehidupan mandiri Anda, Bank Mandiri memberikan kemudahan bagi Anda dengan mandiri tabungan. Hanya dengan setoran awal sebesar Rp 500.000,- Anda akan memiliki rekening tabungan diseratai Kartu Mandiri Debit yang bisa digunakan untuk berbelanja di merchant-merchant tertentu. Fasilitas ATM Mandiri, SMS banking, Internet banking dan Mandiri Call 14000 akan senantiasa memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi transaksi keuangan Anda.

Tak puas dengan mandiri tabungan, Anda pun bisa membuat mandiri kartu kredit. Dengan layanan ini, aktivitas belanja Anda tidak akan terkendala lagi permasalahan keuangan. Anda akan menikmati transaksi pembelanjaan atau penarikan tunai di seluru merchant berlogo Visa atau ATM berlogo Plus dan Mastercard.

Bank Mandiri pun juga semakin memberikan kemudahan dalam pelayanannya terkait kebutuhan uang secara cepat dan dalam jumlah besar. Diantaranya, mandiri kredit tanpa agunan (KTA) ini merupakan kartu kredit perorangan tanpa agunan dari Bank Mandiri untuk berbagai keperluan. Mandiri KTA ini  diberikan kepada calon debitur yang memenuhi persyaratan, diantarnya calon dibetur harus sudah bekerja dan memiliki penghasilan. Mandiri KTA ini tentunya memberikan keuntungan besar bagi penggunanya, yaitu cicilan ringan, tanpa agunan, dan limit kredit hingga Rp 200 juta. Pastinya layanan ini akan memudahkan keuangan mandiri anda. Terlebih mandiri kta ini memberikan perlindungan asuransi jiwa bagi penggunanya

Selanjutnya, tentunya Anda tak ingin bukan mimpi Anda gagal terwujud di masa depan karena terbentur masalah keuangan? Mandiri Tabungan Rencana solusinya. Anda bisa menggunakan mandiri tabungan rencana ini jika ingin mewujudkan mimpi Anda di masa mendatang. Mandiri tabungan rencana ini dalam valuta rupiah dan US Dollar. Anda bisa mengatur jangka waktu dan mendapat perlindungan asuransi gratis plus bunga relatif tinggi dari layanan ini.

Terakhir ini adalah sebuah layanan dari bank mandiri yang sesuai untuk Anda yang ingin memiliki rumah tapi terbentur masalah keuangan. Ya, Mandiri KPR. Layanan ini adalah kredit pemilikan rumah dari bank mandiri yang diberikan pada perorangan dengan proses cepat, mudah dan suku bunga kompetitif. Bagi Anda yang membutuhkan rumah tinggal/apartemen/ruko/rukan yang dijual melalui developer atau non depelover, Mandiri KPR lah solusinya. Dengan uang muka ringan dan jangka waktu fleksibel hingga 15 tahun, mimpi Anda untuk memiliki rumah akan segera terwujud.

Nah tunggu apalagi, pastinya Anda sudah memahami beberapa keunggulan dari Bank Mandiri. Segera wujudkan mimpi Anda dengan Bank Mandiri. Kehidupan mandiri Anda akan  menjadi kenyataan. Selamat bergabung dengan Bank Mandiri.


*tulisan ini diikutsertakan dalam lomba #blogbankmandiri