Mengenang Kepergian Nenek

Dua puluh dua tahun berlalu singkat. Perjalananku bersama waktu menapaki bumi daerah lain terus berlalu. Berkelana menuntut ilmu meninggalkan kampung nun jauh di perbatasan Provinsi Jambi Sumatera Barat. Semua perjalanan ini seperti terhenti mendadak  ketika kabar itu datang, Kamis 28 Maret sekitar pukul 21.30 WIB. Nenekku wafat, kembali pada Sang Pencipta.

Kabar itu bermula dari panggilan telpon mama yang isinya memintaku untuk ikhlas jika nenek kembali pada Sang Kuasa.

"Ikhlaskan ya Nak jika nenekmu........, nenek udah tidak boleh dipanggil panggil (pertanda maut sudah mendekat)," ujar mamaku.

Aku hanya bisa terdiam. Tak tahu mau berucap apa. Semua kenangan dan ingatan akan nenek membuncah. Keluar berdesakan dari memori dan hati. Hatiku berteriak ingin berada di dekat nenek.

Selang beberapa menit, apa yang sedari tadi aku khawatirkan pun terjadi. "Nenek sudah meninggal," itu pesan singkat dari mamaku. Aku tertunduk, menarik nafas panjang, terpusar kegamangan diri yang tak tahu berbuat apa.


"Selamat jalan nenek," hatiku berkata lirih. "Maafkan cucumu ini yang jauh darimu, dan tak berada disisimu di sisa hari harimu."

Langkah kaki limbung, menelusuri jalan lengang Jatinangor malam itu. Bergegas untuk sampai di kosan. Hanya doa dan bacaan surat Yassin yang bisa kulakukan. Air mataku terus mengalir deras, kenangan kenangan indah bersama pengasuhku sedari bayi terus melayang layang dibenakku. Kenangan indah selama aku anak anak terus keluar. Betapa tidak, sampai tamat sekolah aku selalu bersama nenek. Tidur di sampingnya, meminta uang jajan, hingga menelusuri indahnya sawah, ladang, sungai bersamanya dan masih banyak lagi.

Tamat sekolah dasar, aku harus beranjak dari zona nyamanku. Beranikan diri ke negeri orang untuk bersekolah.

"Jauh sekali sekolahmu Cung (cucu)," nenekku pernah berujar ketika aku akan melanjutkan sekolah tingkat menengah di Padang Panjang, Sumatera Barat. Waktu itu aku hanya bisa menjawab sambil tertawa bangga dan sesekali nakal menunggu uang jajan darinya.

Semasa aku kecil, nenekku yang bernama Siti Rohani ini menjadi pembelaku. Di saat ada larangan dari mama untuk bermain, aku malah mendekati nenek. Ya, hampir setiap kemauanku mau penuhi. Aku selalu mengikutinya ke mana ia pergi sehabis pulang sekolah. Ke ladang, mandi di sungai, hingga silaturrahmi ke sanak saudara. Aku pun selalu mengikutinya ke surau di saat bulan ramadan. Tidur di sampingnya yang sedang menjalankan ibadah salat tarawih.

Tapi, semenjak aku merantau ke negeri orang, aktivitasku bersama nenek pun semakin jarang. Terlebih ada adik adikku yang juga diasuh olehnya. Ya, paling setiap liburan caturwulan atau semester aku pulang dan bertemunya. Dalam waktu seminggu atau dua minggu, aku sering bersamanya. Setidaknya memboncengnya dengan sepeda motor untuk mengunjungi karib kerabat. Tak seperti dikala kecil yang selalu mengikuti nenek ke mana pun ia pergi.

Perjalanan waktu sungguh membuktikan bahwa sesungguhnya waktu berjalan singkat. Beberapa tahun ke belakang nenek pun semakin tua. Daya tubuhnya pun semakin lemah. Berjalan pun susah, tak seperti dulu di mana ia selalu berjalan dari rumah anaknya yang satu ke anaknya yang lain.

Dua tahun lalu menjadi puncak keuzuran usianya. Matanya rabun, berjalan pun tak sanggup. Ia hanya terbaring, untuk mandi pun harus digendong dan dimandikan oleh anak anak perempuannya. Ketika aku pulang tahun lalu, aku masih berkesempatan untuk menggendongnya ke kamar mandi di setiap petang hari. Aku masih bersyukur diberikan kesempatan untuk berbakti padanya di penghujung usianya.

Kini, nenekku telah tiada. Hj. Siti Rohani telah kembali pada Sang Pencipta, menyusul suaminya yang lebih dulu kembali. Berbagai kenangan dan pelajaran darinya akan selalu aku simpan di hati dan kenangan ini.

"Nek, aku ingin berteriak sekencang kencangnya pada semesta. Aku bangga menjadi cucumu!!" Semoga nenek mendengar teriakan hati kecilku ini di sana. Selamat jalan nenek, doaku selalu ada untukmu.

Ya Allah terimalah nenekku beserta amal ibadahnya di sisi Mu. Lapangkanlah kuburannya, pertemukanlah dia dengan Mu. Masukkanlah ia ke surga Mu bersama hamba hambaMu yang beriman. Amin

Selamat jalan Nek, sampai bertemu lagi di kehidupan di masa mendatang. Salam cinta dan peluk penuh doa dari cucumu di sini. Di negeri seberang.

Jatinangor, 30 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar