Berita Duka dan Pengalaman Baru di Hari Rabu

Rabu (4/1), tepat di tahun naga ini, ada berita duka bahwa kawakan fotografi senior Ed Zoelverdi meninggal dunia pada pukul 02.00, 4 Januari. Ia adalah fotografer yang malang melintang di dunia fotografi sejak bergabung bersama majalah berita mingguan Tempo 1971-1994. Namun, ketika majalah Tempo dibrangus pemerintah Orde Baru, ia pun berhijrah ke majalah Gatra 1995-2000.

Kebetulan, pada hari yang sama, saya sudah mulai masuk bekerja magang di majalah Gatra. Ketika sampai di kantor Gatra, saya langsung diarahkan ke ruang sidang redaksi. Agenda kali ini adalah pengajuan usulan topik liputan. Sebelum diarahkan, sesi perkenalan sekilas pun dilakukan kepada wartawan-wartawan Gatra.

Dengan berita duka tersebut, wakil pemimpin redaksi majalah Gatra mempercepat proses pengajuan usulan topik liputan dan selanjutnya melayat ke rumah senior Ed. Suhu udara ruangan yang dingin memaksa saya untuk mengenakan jaket. Kopi dan makanan yang tersedia belum berani saya sentuh. Malu. Semoga nanti tidak!


Sekitar pukul 12.00 WIB rapat redaksi pun dimulai. Usulan topik dari setiap wartawan datang silih berganti. Wakil pemimpin redaksi menjadi pusat usulan. Berbagai usulan dikritisi dan dipertanyakan oleh dia. Seru memang, namun saya hanya bisa terdiam dan memperhatikan para wartawan. Wajar, hampir seminggu belakangan saya tidak tahu detail isu atau peristiawa apa saja yang terjadi di negeri ini. Tentunya, peristiwa yang penting dan menjadi perhatian media massa di Indonesia.

Suasana ruangan yang dingin tak menyurutkan ide-ide cemerlang para wartawan. Ada beberapa di antara mereka mengepulkan asap rokok, menikmati kue, dan secangkir kopi. Rapat redaksi berlangsung santai tapi serius. Selang tiga puluh menit, rapat redaksi pun ditutup.

Dari rapat redaksi, ada hal menarik yang saya perhatikan. Hal tersebut berkaitan komentar para wartawan akan objek informasi. Misalkan, ketika membahas mengenai bos vivanews grup, mereka menyebutnya dengan Raja Lumpur. Untuk partai dakwah berbendera putih menyebutnya dengan sosok berjenggot. Bagi saya itu terkesan lucu dan menggelikan.Walaupun memang ketika menyajikan informasi kepada publik haruslah objektif dan proporsional.

Hal menarik lain yang saya perhatikan adalah slide di layar bagian depan ruang sidang redaksi. Ditayangankan dengan proyektor terlihatlah semua rencana berita-berita yang akan digarap dan diinformasikan pada publik. Lengkap dengan judul informasi, tanggal, dan penanggungjawab. Rencana-rencana liputan tersebut bagaikan stok yang harus selalu tersedia.

Saya sejenak berfikir bahwa beginilah pekerjaan di media massa cetak majalah. Berbagai informasi dikumpulkan dan dibedah di sidang redaksi. Jika memenuhi kriteria-kriteria kelaikan berita, maka rancangan topik akan digarap. Berbeda sekali dengan media cetak harian yang mengedepankan aktuliatas. Sehingga mewajibkan wartawannya untuk berkantor di pusat-pusat informasi seperti gedung DPR, Istana negara dan sebagainya. Namun, hal terpenting adalah bagaimana informasi harus sampai pada masyarakat luas.

Jadi, lengkap sudah hari pertama kerja sebagai seorang wartawan di majalah berita. Mungkin karena wartawan magang, hingga tulisan ini di publish saya masih santai dan menikmati magang ini. Entahlah nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar