Mempertanyakan Suara Tuhan

Decak kagum tak kuasa saya haturkan pada buku “Meraba Indonesia” karya Ahmad Yunus. Buku yang menyajikan kondisi negeri Indonesia dari dekat, bukan dari omongan para pejabat korup negeri ini. Mengambil sub judul “Ekspedisi “Gila” Keliling Indonesia”, penulis menyajikan keelokan dan kekayaan negeri yang pernah dijajah kolonialisme berabad-abad. Alam yang indah, keramahan penduduk di daerah-daerah, hingga kemirisan akan kehidupan mereka disajikan dengan teknik jurnalisme sastrawi.


Sejenak saya terhenti membaca ketika di sebuah stasiun televisi swasta disajikan berita bahwa Walikota Solo,Joko Widodo, menggunakan mobil produksi nasional. Tapi tunggu dulu, mobil itu diproduksi oleh siswa-siswa SMK. Ia pun mengatakan sikap yang ia tunjukkan adalah motivasi bagi siswa SMK untuk terus berkarya. Walaupun, ada lain pihak juga menanggapi bahwa sikap Jokowi cenderung berlebihan. Karena memang mobil tersebut belum dipastikan kelayakannya.

Namun, sikap Jokowi patut diacungkan jempol. Mengingat begitu banyak permasalahan di negeri ini yang disebabkan hedonisme para wakil rakyat. Lihat saja keberadaan kemah-kemah di depan gedung DPR yang sudah menginjak 2 bulan sejak Desember 2011. Mereka menuntut dan meminta bantuan para wakil mereka untuk menyelesaikan permasalahan tanah adat yang diambil oleh pihak swasta. Mirisnya, mereka juga melakukan aksi jahit mulut dan mogok makan. Namun, apa yang mereka lakukan belum menggoyahkan hati nurani para pejabat.

Kemewahan memang berlawanan dengan kemeralatan. Hal itulah yang sedang kita saksikan di negeri ini. Elok dan kaya negeri ini yang digambarkan Ahmad Yunus dalam bukunya dirusak oleh moral para pejabat negara dan wakil rakyat di DPR. Kekayaan dan keindahan alam yang tak diiringi oleh kerendahan hati mereka. Sama halnya dengan pihak-pihak yang mencemooh Jokowi yang mau menggunakan mobil karya anak bangsa.

Melihat keadaan bangsa ini, patutlah rasanya bagi rakyat untuk bergerak merebut dan mempertanyakan suara/titah Tuhan di tangan wakil rakyat dan pemerintah. Mereka tidak lagi sebagai pemimpin perwakilan Tuhan di negeri ini. Mereka hanyalah pengikut iblis pemuas hawa nafsu. Keberadaan mereka tentunya akan semakin merusak keelokan dan kekayaan negeri ini. Oleh karenanya, hal wajar jika suatu saat rakyat sudah bosan dan lelah terhadap para penguasa negara. Tapi, bosan dan lelah bukan berarti  pasrah. Namun, bara api bosan yang siap membakar dan menghanguskan mereka yang seenaknya dan semena-mena. Bagaikan api neraka menghanguskan para iblis di kemudian hari nanti. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar