“Asiknya” Bermain Paket Bom

Sejak 15 Maret 2011 lalu, masyarakat Indonesia digegerkan dengan berita tentang ancaman paket bom yang dikirimkan pada aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL), Ulil Abshar Abdalla. Isi paket tersebut ternyata memang bom. Paket itu pun meledak dan membuat terputusnya telapak tangan kiri Kasat Reskrim Kompol Dodi Rahmawan yang berusaha menjinakkan bom tanpa menunggu kedatangan Tim Gegana.



Hari-hari berikutnya, paket bom pun terus dikirim kepada orang-orang terkenal. Ahmad Dhani, seorang musisi asal band Dewa pun dikirim paket buku. Selain itu juga Gories Mere dan Japto Soerjosoemarno juga dikirim paket yang berisi bom. Syukurnya paket bom tersebut bisa diledakkan oleh tim Gegana.

Pemberitaan di media massa pun semakin heboh. Setiap ada paket yang mencurigakan, maka pastilah media massa, baik radio, televisi, online dan cetak akan memberitakan informasi ini. Pemberitaan yang sebenarnya tidak penting menurut saya, karena ada beberapa bom yang ternyata isapan jempol belaka. Padahal ada yang lebih penting lagi untuk dibicarakan oleh media massa, selain paket bom.

Salah satu media yang menjadi rujukan pemberitaan paket bom ini adalah situs detik.com. alamat web berita ini secepat mungkin telah menyampaikan informasi yang terjadi di lapangan. Khusus berita tentang paket bom, situs ini selalu mengupdate berita. Mulai dari paket bom benaran berisi bom, hingga paket bom yang hanya berisi paku, paralon, pakaian, dan sebagainya.

Telah lewat dua pekan, pihak kepolisian belum bisa membekuk pelaku “permainan” paket bom ini. Hanya sketsa wajah yang bisa dilakukan oleh pihak polisi. Wajar saja ini membuat berbagai spekulasi timbul. Ada masyarakat yang mengatakan bahwa ini hanya pengalihan isu, ada juga yang mengatakan bahwa pihak kepolisian kita tidak becus, pemerintah tidak tegas dan banyak lagi omongan masyarakat. Namun, sebagai masyarakat luas tentu menginginkan permasalahan ini cepat selesai, entah bagaimana cara yang digunakan oleh pemerintah untuk menyelesaikannya.

Media Pun “Bermain” Paket Bom

Sebagai insan komunikasi dan berfokus pada dunia jurnalistik, atau secara luas pada komunikasi massa, patutlah rasanya bagi saya untuk memerhatikan tingkah media dalam menyampaikan informasi paket bom ini.

Sejak paket bom di Utan Kayu, media massa telah melihatkan tanda-tanda bahwa mereka sudah siap “bermain” dengan paket bom ini. Lihat saja, bagaimana satu dari televisi swasta nasional menayangkan gambar terputusnya tangan Kasat Reskrim Kompol Dodi Rahmawan yang berusaha menjinakkan bom. Ditambah dengan pernyataan maaf saya harus menayangkan gambar ini, karena inilah faktanya. Sungguh mengejutkan dan membuat masyarakat bingung dengan media massa. Kok media massa seperti ini memberikan informasi pada khalayaknya. Waktu demi waktu pun, media massa pun secara konsisten tetap memberikan informasi seputar “permainan” paket bom.

Dalam teori komunikasi, terdapat sebuah teori yang bisa menjelaskan bagaimana efek sebuah pemberitaan di media massa bagi masyarakat. Teori tersebut bernama Social Learning Theory atau Teori Pembelajaran Sosial. Teori yang merupakan hasil penelitian Albert Bandura menjelaskan bahwa pemirsa meniru apa yang mereka lihat di televisi, melalui suatu proses observational learning (pembelajaran hasil pengamatan).

Ada hal menarik ketika saya memilih teori Pembelajaran Sosial. Hal menarik tersebut adalah semakin tersebarnya paket bom dan itu semakin banyak. Bisa jadi pemain paket bom yang bohong adalah orang-orang iseng yang ingin meresahkan masyarakat.

Orang-orang iseng ini telah melihat di media massa bagaimana sulitnya kepolisian menemukan pelaku. Di samping itu, sering juga pemberitaan tentang paket bom yang hanya isapan jempol belaka. Hal ini semakin membuat masyarakat pemain paket bom semakin senang bermain. Atau bahasa asiknya berupa latah paket bom.

Agar ini tidak semakin meluas, tentunya berbagai pihak harus bertindak tegas untuk menyelesaikan masalah ini. Mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, pihak kepolisian hingga DPR harus berani mengambil keputusan yang strategis dan tepat guna menemukan dan menindak penebar teror ini. Seperti kasus terorisme bom Bali, kepolisian bisa menyelesaikan kasus ini. Di samping itu, catatan khusus untuk media agar tidak lagi sensasional dengan berita paket bom. Jika itu bukan bom, hanya paket biasa cukup sudah, jangan diberitakan lagi karena ini semakin meresahkan masyarakat. Tanamkan pada masyarakat bahwa negeri ini aman. Jangan tanamkan kecemasan dan ketakutan dengan pemberitaan yang ada, tetapi berikan rasa aman bagi masyarakat. Misalkan dengan memberitakan hal-hal postif mengenai kerja keras kepolisian mengungkap pelaku. Jika ini dilakukan, saya yakin permasalahan paket bom ini akan segera mungkin selesai dengan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar