Mereka yang Senantiasa Bertahan

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (Ar Rahman ayat 13)

Kawan, tak bosan-bosannya aku mencoba mengambil hikmah di setiap detik kehidupanku. Hikmah yang nantinya akan menjadi pelajaran dan renungan dalam menjalankan kehidupan ini. Hikmah yang menjadikan kita senantiasa bersyukur akan besarnya kasih sayang Allah SWT kepada hambanya. Simaklah cerita pendek berikut ini, semoga aku dan kau bisa mendapatkan pelajaran dari padanya.

Malam itu, Rabu, 26 Mei 2010, aku pulang ke Jatinangor dengan menggunakan angkutan umum. Dari Bandung, aku berangkat sekitar pukul 23.00. Pulang ke Jatinangor menggunakan angkot sering sekali aku lakukan, memang di samping itu aku belum punya kendaraan sendiri.

Malam itu, malam yang cukup dingin. Tidak ada bedanya dengan malam-malam sebelumnya. dinginnya kota Bandung tidak mengurungkan niat orang-orang untuk melakukan aktivitasnya. Itulah kota Bandung, dengan kesejukannya di waktu siang dan dingin di waktu malam menyebabkan banyak orang yang “cinta mati” pada kota ini.

Aku pun berangkat ke Jatinangor. Aku sedikit berjalan kaki menuju tempat angkot berhenti. Dalam perjalanan tersebut, aku melihat beberapa orang pengemis lagi tertidur pulas di emperan toko di sudut bangunan di Pasar Dago, Simpang Dago. Dua orang wanita dan mengapit 3 orang bocah kecil. Tidur pulas diselimuti selember kain untuk dua orang. Kain yang tipis dan sudah mulai lusuh. Tinggal menunggu waktu, kain itu akan sobek dan lapuk termakan waktu. Tutupan kain tersebut melupakan mereka akan dinginnya kota Bandung malam itu. Aku tidak tahu, apakah mereka tertidur nyenyak atau tidak.

Aku berjalan sambil melihat langsung ke mereka. Hatiku langsung miris akan aktivitas tidur mereka. Aku yang mengenakan jaket yang dua lapis, tetap saja merasakan dinginnya malam. Apalagi mereka, betapa dinginnya mereka rasakan. Mungkin menusuk hingga tulang. Mungkin mereka sudah terbiasa dengan keadaan seperti itu.

Aku pun terus berjalan menuju angkot Caheum-Ciroyom. Sambil menaiki angkot tersebut, aku tetap terfikirkan akan mereka. Betapa berat kehidupan yang harus mereka jalani. Betapa kerasnya tantangan dunia yang mereka hadapi. Tidak punya rumah dan hidup di jalanan. Tentu mereka sangat capek dan rasa pedih yang tidak tertahankan. Tetapi apa, mereka tidak bisa berbuat banyak. Mereka tidak lagi memikirkan dinginnya malam, mereka tidak lagi memikirkan di mana harus tidur dan mereka tidak memikirkan anaknya sekolah atau tidak. Hanya satu yang mungkin mereka pikirkan. Apa yang harus mereka makan untuk esok harinya. Sambil terus bertanya dan berharap akan nikmat dan rezeki yang diberikan oleh Yang Maha Pemberi Rezeki.

Terlepas apakah mereka sabar dan tabah menghadapi kerasnya dunia ini, mereka terus berjuang mempertahankan hidup yang hanya sekali ini. Hidup yang selalu dirundung kesusahan. Akan tetapi, dari semua itu terdapat tanda-tanda dan pelajaran yang diberikan oleh-Nya.

Ketika aku menuliskan cerita ini, aku berfikir akan diriku sendiri dan membandingkan kehidupanku dengan kehidupan mereka tadi. Aku dan mereka sama-sama manusia. Sama-sama ciptaan Allah SWT. Hidup di bumi dan langit yang sama. Serta menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Akan tetapi, di samping semua itu aku sangat beruntung sekali bisa merasakan nikmat yang diberikan oleh Allah. Hidup berkecukupan, mempunyai keluarga yang Alhamdulillah masih utuh, dan bisa merasakan ilmu-ilmu dengan menginjak dunia pendidikan hingga perguruan tinggi. Aku membayangkan, apa yang terjadi jika aku menjadi mereka. Aku dilahirkan di jalanan, tinggal dijalanan dan membesarkan diri di jalanan dengan mengemis ke setiap orang yang berlalu lalang. Aku pasti sangat tak sanggup.

Dari kejadian itu, aku sangat bersyukur sekali akan nikmat yang Allah berikan untukku. Aku berharap kedepannya aku dan siapa pun yang membaca tulisan ini bisa memanfaatkan kehidupan yang diberikan oleh Allah. Bisa bersyukur, saling mengasihi dan membantu sesama manusia. Hidup yang hanya sekali ini bisa menghantarkan kita ke surganya kelak. Sedangkan mereka yang di sana tadi, semoga Allah memberikan kehidupan yang lebih baik dan tidak lagi tidur berselimutkan kain tipis yang hampir robek. Dengan itu, mereka akan bisa merasakan nikmatnya dunia yang diciptakan-Nya. Amin

(Kamis, 27 Mei 2010 08.02 PM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar