Joki SNMPTN :Selalu Ada Cara Baru

Bagi mahasiswa yang sedang menjalankan studi di perguruan tinggi pastilah tidak asing mendengar kata joki SNMPTN, dulunya joki (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) SPMB. Mungkin ada juga mahasiswa yang ketika ikut ujian seleksi perguruan tinggi mendapatkan tawaran dari joki.

Joki SNMPTN, sebenarnya sudah ada sejak 15 tahun lalu. Joki SNMPTN merupakan semacam layanan terpadu yang disediakan oleh sekelompok orang, biasanya mahasiswa di perguruan tinggi terkenal. Mereka bertugas untuk membantu peserta ujian agar lulus dan diterima di sebuah perguruan tinggi tujuan.

“Untuk para joki, biasanya di bagi dalam regional-regional. Nantinya di setiap regional itulah yang akan menjaring mahasiswa-mahasiswa untuk ikut menjadi joki. Misalkan regional Bandung pusatnya di perguruan tinggi tertentu,” ujar narasumber Djatinangor yang tidak mau disebutkan namanya.

Resiko besar pun harus dihadapi oleh para joki ini. Mulai dari risiko ketahuan di saat ujian, hingga risiko dikeluarkan dari perguruan tinggi di mana ia menuntut ilmu. Namun, semua risiko itu terasa tidak memiliki arti jika berhadapat dengan gepokan uang. Angka Rp 25 juta rupiah, merupakan angka besar bagi ukuran kantong mahasiswa. Dengan tawaran seperti itulah, ada beberapa mahasiswa siap untuk “bertarung” menjadi joki SNMPTN.

Weny Widyowati, Humas SNMPTN Panitia Lokal Bandung mengatakan, setiap tahun selalu ada kejadian-kejadian yang mengarah pada kecurangan akademik ini. Sebagai panitia pun, ia tidak menyembunyikan fenomena-fenomena ini.

“Kami sudah memiliki pengalaman sejak 2007, memang selalu ada cara untuk menangkap orang-orang berlaku curang,” ujar Weny optimis untuk menangkap pelaku curang ujian SNMPTN.
Selalu ada cara

Di setiap tahun ujian masuk perguruan tinggi, selalu ada modus operasi yang digunakan oleh para joki untuk melancarkan aksinya. Mulai dari aksi penggunaan handphone (SMS), menggantikan peserta asli dengan mengubah foto di kartu ujian, hingga pada modus yang menggunakan earphone berwana seperti kulit.

Sepandai-pandainya tupai meloncat nanti jatuh jua. Selalu ada cara penanggulangan kecurangan perjokian ini yang telah dipersiapkan oleh panitia SNMPTN. Untuk SNMPTN 2011, panitia telah menyiapkan beberapa langkah pencegahan di dalam sistem pembelian formulir dan ketika proses ujian.

“Untuk sistem pembelian formulir, angkatan baru yakni 2011 dibedakan waktu pembeliannya dengan angkatan 2009 atau 2010. Di samping itu, kami juga telah menyiapkan ruang atau lokasi ujian yang berbeda untuk setiap angkatan. Namun, kesulitan soal sama,” tutur Weny.

Dengan penerapan sistem pendaftaran online, diharapkan angka kecurangan perjokian semakin menurun.  Untuk angkatan 2009 dan 2010, panitia memberikan rentang waktu tanggal 2 Mei-24 Mei 2011 (pukul 24.00 WIB). Di lain pihak, angkatan 2011 baru diperbolehkan mendaftar pada tanggal 11 Mei-25 Mei 2011 (pukul 24.00 WIB).

Ketika proses ujian berlangsung, kelas ujian antara angkatan yang berbeda juga dipisahkan. Dengan jumlah paket soal yang semakin beragam. Tahun sebelumnya, kode soal hanya 6, sedangkan tahun sekarang ada 8 kode soal. Dari kode A sampai H untuk IPA, IPS dan IPC.

“Dengan penanggulangan seperti ini, diharapkan tidak ada lagi ditemukan kasus perjokian,” tambah Weny tersenyum opitimis.

Terbukti, Langsung Keluarkan !

Pemerintah, melalui Dinas Pendidikan Nasional sangat serius untuk membasmi kejahatan perjokian ini. Melalui rektor di setiap perguruan tinggi, telah disiapkan langkah-langkah hukum yang akan dikenakan bagi mahasiswa yang terlibat perjokian. Pada kasus perjokian ITB misalkan, rektor ITB dengan tegas telah mengeluarkan mahasiswanya dari bangku akademik dan mem-blacklist nama-nama yang terlibat.

“Untuk Universitas Padjadjaran, rektor kita Ganjar Kurnia juga telah menyiapkan langkah tegas bagi mahasiswa Unpad yang terlibat perjokian. Tentunya berupa sanksi akademik yaitu dikeluarkan dari Unpad. Sedangkan yang berkaitan dengan hukum akan diserahkan ke pihak yang berwajib (polisi),” ujar Weny yang juga Humas Universitas Padjadjaran Bandung.

Semua Dipicu Uang

Dengan adanya perjokian, timbul tanda tanya akan seberapa besar kualitas pendidikan di negeri ini. Ada beberapa pihak yang mengatakan bahwa pendidikan di Indonesia sudah baik. Namun di pihak lain, pendidikan di negeri ini belum baik. Terlebih ketika tahun 2009 belasan mahasiswa tertangkap melalukan joki SNMPTN.

Endang Bahrudin, Kepala Pusat Data dan Informasi- Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Banten mengatakan istilah joki merupakan istilah baru dan biasanya dikaitkan dengan ujian SNMPTN.

“Kasus ini (perjokian SNMPTN) menggambarkan bobroknya dunia pendidikan. Jika dibiarkan akan berdampak pada menurunnya kualitas pndidikan. Jika pada awalnya saja sudah menipu diri sendiri, menipu perguruan tinggi, maka produk kedepannya tidak akan bener,” ujar Endang.

Kasus perjokian ini mencerminkan ketidakmampuan calon mahasiswa untuk menembus perguruan tinggi.
“Kalau kayak gitu mah ,bisa-bisa yang masuk kuliah orang-orangnya tambah gak bagus.  Mau SNMPTN aja pakai joki, berarti kualitas individunya kurang oke,” ujar Cintasa mahasiswa Sastra Jepang Unpad.

Tidak dipungkiri, dengan giuran sejumlah uang, banyak mahasiswa yang tergoda untuk menjadi joki SNMPTN. Namun, dengan berbagai pencegahan dan diiringi dengan aturan dan sanksi yang tegas, masihkah para joki SNMPTN bersikukuh dengan aksinya dan menggunakan modus baru? Kita tunggu saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar