Menulis Itu “Bahaya”

Kegiatan atau aktivitas menulis sangat berbahaya. Terlebih jika dilakukan secara rutin dan teratur. Oleh karenanya, jika Anda ingin menulis, pikir-pikir dahulu sebelum melakukannya.

Bahaya yang saya maksudkan bukan lah bahaya yang mengancam keselamatan jiwa. Tapi, bahaya yang berupa candu. Jika dalam kamus dunia narkoba, candu adalah suatu keadaan di mana pengguna akan merasa ketagihan dan ingin mengulang aktivitas tersebut di lain waktu. Begitu juga menulis yang ternyata bisa mencandukan.

Kecanduan menulis hendaklah diharapkan ada di setiap pribadi. Betapa tidak, ketika candu menulis sudah merasuki jiwa, maka jiwa tersebut akan merasa gelisah jika tidak menulis. Setidaknya itu yang akan dan mulai saya rasakan saat ini. Ada sesuatu yang hilang rasanya ketika ide, pemikiran dan observasi di lapangan tidak bermuara pada tulisan. Walaupun belum tentu tulisan itu di baca atau bermanfaat untuk orang lain. Setidaknya menulis bisa melepaskan kegundahan pikiran.

Ada pepatah bijak yang mengatakan (saya lupa siapa yang mengatakan): “Menulislah Anda di setiap hari, maka suatu saat Anda akan jadi seorang penulis”. Saya pikir itu benar. Saya pernah berbincang dengan seorang penulis dan ia mengatakan untuk menjadi penulis tak susah. Cukup membaca dan menulislah secara rutin.

Terkadang godaan untuk malas menuangkan ide dalam bentuk tulisan menghambat kecanduan itu. Kesibukan aktivitas kita pun memberikan pengaruh besar. Tak ayal menulis hanyalah menjadi aktivitas di waktu senggang. Hal inilah yang terkadang membuat kita merasa semakin malas. Lambat laun aktivitas tersebut hilang dalam keseharian kita.

Di Kompasiana ini misalkan, setiap orang dari berbagai latar belakang bebas untuk menuangkan idenya. Tentunya harus sesuai dengan koridor yang telah ditetapkan. Dengan berkumpul di Kompasiana, kita lebih bisa membangkitkan semangat untuk meraih kecanduan menulis itu. Ada rasa berbeda ketika pemikiran kita belum di posting di Kompasiana. Setidaknya itu yang saya rasakan.

Namun, kita tentunya berharap tidak berhenti pada kecanduan saja. Tapi kecanduan itu  menghantarkan kita ke kondisi yang lebih baik. Saya menyebutnya kecanduan bermotif. Terserah motif Anda apa. Ingin dikenal, ingin kaya, dan sebagainya. Di balik itu semua, tentunya kita menginginkan kebahagian dan kepuasan pribadi akan karya tulisan yang telah kita hasilkan.

Sekarang saatnya untuk menjemput kecanduan itu. Biar di suatu waktu di masa depan (mungkin) ada tersisa pemikiran kita. Lebih hebat jika kita bisa seperti penulis-penulis hebat tanah air dan dunia. Memang semua itu butuh perjuangan. Untuk mendapatkan kecanduan itu pastilah ada kesakitan/perjuangan berat yang harus dilalui.

Selamat bagi Anda yang akan dan telah menikmati kecanduan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar