Oh Jatinangor

Pagi ini sungguh dingin hingga menusuk tulang. Aku menggeliat bangun. Kulitku memberontak. Mengigigil, hingga gigiku bergemetukan.

Aku baru teringat bahwa aku berada di Jatinangor pagi ini. Tak seperti biasa aku kedinginan seperti ini di kota Metropolitan Jakarta. Engkau harus tau. Di Jakarta, setiap pagi bising kendaraan bermotor membangunkan aku. Tapi aku tak peduli. Seperti biasanya aku bangun setelah subuh berlalu.

Jatinangor, memberikan rasa berbeda. Udara dingin, sepi dan kicauan burung menjadi alarm alami yang sukses membangunkanku. Tentunya masih kebablasan. Subuh berlalu, matahari telah menjelang di ufuk timur. Tapi tak lebih dari jam 06.00 pagi kok. Ah, aku mencoba berkilah.

Oh ya, kau harus tau. Sejak awal Januari 2012 aku berpindah sesaat ke Jakarta. Kota penuh kerakusan. Penuh ketidsabaran. Kota yang terus menerima tetasan keringat penduduknya yang kelelahan. Jakarta sudah sesak, ujar seorang kawan. Tapi apa mau dikata, aku harus mencoba. Telah lima bulan aku bersahabat dengan Jakarta. Sekarang sudah bulan ke enam. Tak terasa memang. Panas terik matahari, asap kendaraan bermotor telah menjadi teman akrabku setiap hari. Menemani diri menyelesaikan tugas melaksanakan program magang di media massa.

Tapi, pagi ini aku kembali merindukan Jatinangor. Aku merindukan kesejukannya di pagi hari. Kedinginan tepatnya. Aku masih bersyukur bisa merindukan dan langsung merasakan. Masih teringat jelas di benakku. Lagi. Kau harus tau, di sebuah tanggal di bulan Agustus 2008, aku pertama kali datang ke Jatinangor. Sungguh pilu. Kaget. Betapa tidak, tata kota masih berantakan. Rumput menguning termakan musim kemarau. Tapi sekarang tidak.

Lagi. Kau harus tau. Jatinangor telah berubah. Lambat laun menjadi dewasa. Mengikuti umurku yang semakin tua. Ya, telah hampir empat tahun aku di Jatinangor. Para mahasiswa datang dan pergi. Ada yang lulus. Ada yang DO, ada juga yang baru mengikuti ospek universitas atau fakultas. Perguruan tinggi pun begitu.. Dulu ada Universitas Winaya Mukti (Unwim). Sekarang sudah tutup. Lucu, universitas ini hanya berisi mahasiswa untuk fakultas kehutanan. Entah hutan mana lagi di negeri ini yang dijadikan tempat mereka magang atau praktek kerja. Eh kau harus tau sekarang. Di Jatinangor sudah ada Institut Teknologi Bandung (ITB). Para mahasiswanya mungkin ramai. Ikut berpartisipasi menyesakkan tempat kosan. Bersanding bersama mahasiswa Unpad, Ikopin dan IPDN. Ah, selamat bergabung di dinginnya Jatinangor kawan.

The Panas Dalam pernah bersenandung bahwa Jatinangor sudah ada yang punya. Tapi aku lupa judul lagunya. Jika benar,judulnya kalau gak salah: Oh Jatinangorku  atau Jatinangor oh Jatinangor. Kau harus tau. Hanya kedinginanlah yang memiliki Jatinangor secara abadi. Apitan Gunung Geulis dan Gunung Manglayang membuat Jatinangor tetap dingin di pagi hari. Walaupun pembangunan cepat berkembang. Apartemen mulai berkeliaran. Tempat makan pun semakin marak dipinggir jalan. Tapi ingatlah, kedinginan Jatinangor akan selalu datang di setiap pagi. Siap menusuk tulang. Dan membangunkanmu dari tidur panjang semalaman. Oh Jatinangor, kerinduan setiap orang membuatku harus menikmati masa-masa bersamamu. Memang dulu aku tak peduli. Tapi tidak sekarang. Kuharap kedinginan Jatinangor tetap menemani. Hingga sidang skripsi menjelang. Hingga aku menjadi sarjana di waktu mendatang.

Ditulis dengan tubuh kedinginan. Selimut tipis. Perut masuk angin ditambah rasa malas mengerjakan lampiran laporan job training tv one. Ya, tepatnya hari Sabtu, 2 Juni 2012. 06.55 wib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar