Bonus Demografi: Anugerah atau Bencana


Hiruk pikuk situasi sosial, politik, hukum dan ekonomi Indonesia saat ini cenderung menunjukkan kondisi negatif. Seperti kita ketahui, belakangan ini gerombolan motor telah menunjukkan eksistensinya. Para teroris dan perampok silih berganti dibekuk aparat keamanan. Di dunia politik, rencana kenaikan BBM berhasil ditunda per 1 April lalu. Namun, rencana pemerintah melakukan pembatasan BBM bersubsdi hingga kini tak menuai keputusan tegas.

Kasus korupsi telah menggila. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) seperti kewalahan menghadapi kinerja apik para koruptor. Permainan anggaran negara dimanipulasi demi kepentingan partai dalam menghadapi pemilu 2014. Terlebih beberapa partai harus retak internal berebut kursi pencalonan presiden dari partainya. Permasalahan korupsi dan persiapan pencalonan presiden 2014 mendapat tantangan populer dari kasus dugaan video porno anggota DPR, terlebih rencana pelesiran anggota DPR di masa reses ke berbagai negara kembali menuai komentar pedas dari berbagai kalangan.

Di tengah permasalahan di atas, kita sebagai bangsa harus segera sadar dan tak terlena mengurusi lingkaran setan permasalahan negeri ini. Tak lama lagi, Indonesia sebagai negara akan berhadapan dengan ledakan jumlah penduduk muda. Ledakan ini dinamakan sebagai bonus demografi/ “Demographic Bonus”.

Bonus demografi ini akan berlangsung sejak tahun 2010-2040. Menurut seorang demograf, Profesor Sri Murtiningsih Adiutomo, pada saat  periode bonus demografi itu, Indonesia berada pada “Window of Opportunity” yang nantinya tak akan terulang kembali di masa depan. Peluang itu dibuktikan ketika Indonesia berada pada titik terendah akan “Beban Ketergantungan” (Dependency Ratio).

Lompatan Tahap
Idealnya, perkembangan suatu negara mengikuti tahap-tahap yang telah terjadi pada negara-negara maju. Suatu negara tentu akan mulai dari tahap masyarakat tradisional, kemudian Pra Kondisi ke Tinggal-Landas, Tinggal Landas, Perkembangan Menuju ke Kedewasaan dan terakhir di tahap Konsumsi Massa Tingkat Tinggi.

Bisa kita perhatikan, dengan pertumbuhan ekonomi dan gejolak Sospolhukam di negeri ini, tentunya bisa disimpulkan bahwa saat ini Indonesia berada pada tahap Pra Kondisi Tinggal-Landas. Pertumbuhan ekonomi telah mampu berkisar 6-7% dan Indonesia pun mampu terhindar dari krisis keuangan Amerika Eropa beberapa waktu lalu.

Pada tahap Pra Kondisi Lepas-Landas, Indonesia pada 2014 mendatang harus bisa memeroleh pemimpin berfikiran futuristic untuk membawa Indonesia ke tahap tinggal landas. Bukan pemimpin revolusioner yang berfikiran picik melompati satu tahap dan membawa Indonesia ke tahap Perkembangan Menuju ke Kedewasaan. Hal wajar jika Indonesia secara langsung harus menikmati tahap demi tahap perkembangan bangsa dan negara ini. Tentunya persiapan yang matang akan mengokohkan Indonesia di masa mendatang, terutama saat merayakan 100 tahun kemerdekaan Indonesia.

Seperti yang diungkapkan Rostow dalam buku ”Menerawang Indonesia, Pada Dasawarsa Ketiga Abad ke 21” karya Prof. Dorodjatun Kuntjoro-Jakati,Phd” : Ia menggambarkan lewat analisa sejarah yang Non-Marxian bahwa lompatan tahap itu adalah sesuatu yang tidak akan dapat dilakukan oleh Negara-Bangsa manapun pada masa manapun. Hal maksimum yang dapat dilakukan setiap negara adalah mengupayakan penyelesaian tahapan-tahapan perkembangan tadi dengan relatif lebih cepat.

Menjelang pemilu 2014 mendatang, tentunya sisa waktu saat ini merupakan kesempatan bagi kita sebagai bangsa mempersiapkan pemimpin masa depan. Terlebih hampir 50 juta pemilih dalam pemilu 2014 adalah pemilih pertama dari kelompok muda. Dari hasil pemilu 2014 mendatang, bisa diperhatikan apakah bonus demografi bisa menjadi kesempatan negeri ini untuk tinggal landas atau tidak. Jika kesempatan ini tidak dimanfaatkan, kemungkinan bencana demografi akan menghampiri Indonesia. Sebagai contoh, jika lapangan kerja tidak disiapkan apa yang akan terjadi jika kelompok muda tak memiliki pekerjaan. Pengangguran akan menuai konflik horizontal dan vertikal. Berbagai tragedi kemanusian tentunya suatu saat bisa terjadi.
Oleh karenanya, hiruk pikuk ketidakstabilan di negeri saat ini tak melenakan kita akan anugrah bonus demografi nanti. Tentunya kita berharap bonus demografi ini menjadi anugrah kepada bangsa dan negara dalam merayakan 100 tahun kemerdekaan Republik Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar