Jurnalisme, Bukan Sembarang -Isme

Mungkin Anda sangat kenal dengan kata Jurnalisme. Satu kata yang berasal dari jurnal dan -isme. Jurnal itu berasal dari kata “journal” yang merupakan terjemahan dari bahasa Latin “diurna” yang berarti harian. Lalu bagaimana dengan -isme. Kata tersebut memiliki makna sistem kepercayaan berdasarkan sosial, politik, atau ekonomi. Seperti kata terorisme.


Dalam artian secara luas, jurnalisme memiliki arti sebuah kegiatan atau proses mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan informasi kepada khalayak melalui media massa. Kegiatan itu dilakukan di setiap belahan bumi ini tanpa mengenal waktu. Setiap detik selalu ada informasi yang dihasilkan dari kegiatan ini. Saya menyebutnya dengan -isme yang sakral. Selanjutnya saya akan berbagi lebih banyak lagi kesakralan -isme dalam dunia jurnalisme.

Pertama, jurnalisme adalah suatu pekerjaan yang mulia. Ibaratkan Rasul/Nabi yang menyampaikan wahyu Tuhan. Jurnalis, bekerja setiap waktu untuk menyampaikan kebenaran informasi pada publik. Bisa Anda bayangkan, bagaimana dunia ini tidak ada informasi yang dapat dipercaya. Dunia ini gelap dari pengetahuan. Seperti di zaman jahiliah yang dimana-mana tersebar berbagai kebohongan.

Kedua, jurnalisme adalah salah satu bidang pekerjaan yang bisa digeluti siapa saja. Simple. Bagi siapa yang mampu mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan informasi maka ia telah masuk dalam dunia jurnalisme. Simple bukan! Hal inilah yang membuat setiap orang bisa dan diperbolehkan untuk menikmati -isme ini.

Hal ketiga adalah jurnalisme adalah dunia yang unik. Setiap jurnalis, memiliki kesempatan untuk bertemu banyak orang, mendengar, melihat berbagai peristiwa, dan mengambil banyak pelajaran tentang hidup. Tapi ingat, hanya sedikit sekali yang dibagikan pada Anda sebagai khalayak. Ya, hanya fakta dan sedikit pula. Jika Anda ingin bagian yang banyak, jadilah bagian dari jurnalisme. Tentunya akan menikmati dunia yang kaya ini.

Hal terakhir -sebenarnya masih banyak- untuk kesempatan kali ini: jurnalisme is deadline. Berbicara tentang -isme ini harus berani menghadapi deadline yang menghantui. Terlebih jika perut lapar, tugas menumpuk dan deadline menghadang tengah malam. Tak ayal otak, perut dan jari tangan tersiksa berat. Tapi sesuai teori The Darkest Hour, semuanya pasti berlalu. Matahari kan terbit indah di ufuk timur. So, every journalist are falling in love with deadline. Bagaimana dengan Anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar