Editorial Media Indonesia, Sebuah Kajian Agenda Setting


Menjelang akhir tahun 2011, dunia pemberitaan  media-media massa di Indonesia seperti kebanjiran informasi. Betapa tidak, berbagai peristiwa terjadi  mulai dari pemberitaan positif hingga negatif. Dari kesuksesan perhelatan Sea Games 2011 hingga permasalahan kemerdekaan negeri Cendrawasih, Papua. Tidak hanya itu, permasalahan korupsi, rombak kabinet, hingga pemilihan pimpinan baru Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) juga menjadi pembicaraan hangat di media massa.
           Suatu yang wajar jika sebuah media massa baik cetak atau pun elektronik memilih dari sekian banyak informasi sebagai objek perhatian khusus. Khusus media massa cetak, perhatian akan sebuah topik pemberitaan disajikan melalui editorial atau tajuk rencana. Dari sanalah terlihat topik atau peristiwa apa yang menjadi perhatian besar dari media massa bersangkutan. Dalam tulisan ini, penulis khusus akan menjelaskan editorial atau tajuk rencana di koran harian Media Indonesia. Melalui editorial inilah, Media Indonesia menunjukkan sikap atau opini akan realitas pemberitaan.
            Baru-baru ini, masyarakat Indonesia mendapatkan harapan baru akan pemberantasan korupsi di negara Indonesia. Harapan baru itu muncul ketika terpilihnya empat komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Mereka adalah Bambang Widjojanto, Adnan Pandu Praja, Zulkarnain, Busyro Muqoddas dan Abraham Samad terpilih sebagai pimpinan KPK terpilih. Melalui editorial edisi Senin, 5 Desember 2011 berjudul “Pemimpin KPK yang Baru”, Media Indonesia menunjukkan sikapnya akan harapan pemberantasan korupsi di negeri ini. Terlebih akan kasus-kasus besar seperti bailout Bank Century, dugaan korupsi proyek Hambalang, serta korupsi wisma atlet.
            Sebagai pembanding, mari kita lihat editorial/tajuk rencana yang disajikan oleh Koran Tempo. Pada edisi yang sama, Senin, 5 Desember 2011, Koran Tempo menyajikan tajuk rencana berjudul “Mengharap Gebrakan Dahlan Iskan”. Tajuk tersebut berbicara akan harapan pada Menteri BUMN baru, Dahlan Iskan untuk memastikan BUMN di negeri ini menerapkan tata kelola perusahaan yang baik dan memperbaiki proses tender perusahaan-perusahaan milik negara yang masih diwarnai kongkalikong.
            Dari kedua media massa nasional di atas, Media Indonesia dan Koran Tempo memiliki agenda tersendiri akan perhatian mereka akan realitas informasi. Walaupun tidak bisa dipungkiri, kedua media tersebut tentunya memperhatikan isu-isu besar. Namun, yang perlu diperhatikan bagaimana perbedaan kedua media tersebut memberikan tekanan atau perhatian khusus melalui editorial/tajuk rencana akan edisi hari Senin, 5 Desember 2011. Perlu dilihat lagi, pemilihan topik editorial/tajuk rencana tentunya telah memperhatikan perkembangan informasi dan memperhatikan ideologi masing-masing media. Karena memang, editorial/tajuk rencana merupakan sikap resmi media massa secara keseluruhan memandang sebuah realitas informasi yang luas.
            Dalam pembahasan kali ini, perlu rasanya untuk mengkaji ulang bagaimana sebuah editorial/tajuk rencana disajikan pada pembaca. Apakah ada motif tertentu dalam pemilihan topik tersebut ?  Tentunya hal tersebut bisa dikaji berdasarkan teori komunikasi massa. Untuk lebih memfokuskan pembahasan, alangkah lebih baiknya kita terfokus pada satu media massa. Kali ini penulis mengambil editorial Media Indonesia sebagai objek kajian. Dalam kajian ini, penulis menggunakan Teori Agenda Setting sebagai pisau analisis akan penyajian editorial di Media Indonesia yang mengangkat pemberitaan “Pimpinan KPK yang Baru”.

Pengertian Editorial/Tajuk Rencana
Editorial atau tajuk rencana adalah satu bentuk opini lazim yang ditemukan di surat kabar, tabloid, atau majalah. Opini pada tajuk rencana mencerminkan aspirasi, pendapat, dan sikap resmi suatu media pers terhadap persoalan potensial, fenomenal, dan atau aktual yang terjadi dalam masyarakat. (Sumadiria,2009:81)
Opini berupa editorial merupakan bagian dari bentuk karya jurnalisme. Karya jurnalisme digolongkan menjadi dua, news dan views. Karya jurnalisme tentunya berkaitan dengan komunikasi massa. Menurut Bittner, komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large of people. (Rakhmat, 2003: 188)
Gerbner (1967) mengatakan, komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan  teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontiniu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. (Rakhmat, 2003: 188) Tajuk rencana merupakan bagian dari komunikasi massa yang menjadi ujung tombak karakter dan kepribadian sebuah media massa. Karena itulah, hampir 9 dari setiap 10  surat kabar yang terbit di Indonesia menyediakan ruangan khusus secara berkesinambungan untuk tajuk rencana. Opini yang disajikan dalam tajuk rencana diasumsikan mewakili dan mencerminkan pendapat dan sikap resmi pers atau media.  Karena merupakan suara lembaga, maka tajuk rencana tidak ditulis dengan mencantumkan nama penulisnya.
Menurut Assegaf, tajuk rencana sedikitnya harus mengandung lima unsur yang satu sama lain saling berkaitan: 1) menyatakan suatu pendapat, 2) pendapat itu disusun secara logis, 3) singkat, 4) menarik, serta dimaksudkan untuk 5) mempengaruhi pendapat para pembuat kebijakan dalam pemerintah atau masyarakat. (Ardianto,2007:83)

Sejarah Editorial Media Indonesia
Dalam mengkaji editorial Media Indonesia, perlu rasanya bagi penulis untuk memaparkan bagaimana awal munculnya editorial hingga saat ini masih terus menyajikan pandangan-pandangan kritis akan fenomena-fenomena dalam masyarakat.
Menurut Surya Paloh, Pemimpin Umum Media Indonesia yang sekarang adalah pemilik dari Media Group mengatakan bahwa editorial adalah perjalanan panjang sebuah perjuangan terhadap keterusterangan. Ia adalah evolusi kata dan gaya. Kata dan gaya yang ketika itu terpaksa dipilih dan dikemas sedemikian rupa agar tetap masuk ke ruang publik walaupun diluncurkan dari sebuah ruang kebebasan yang amat sempit. (Tim Penulis LP3ES, 2003)
Ruang kebebasan yang amat sempit wajar saja dipaparkan oleh Surya Paloh. Hal itu menggambarkan bagaimana terbelenggunya kebebasan pers dalam mengemukakan pendapat pada masa Orde Baru. Terlebih pendapat yang disajikan dalam tajuk rencana yang sering diasumsikan sebagai kritikan terhadap pemerintah.
Karakter terang, tegas, dan lugas merupakan hal paling menonjol dari editorial. Karakter itulah yang sampai saat ini terus dijunjung dan disajikan dalam editorial sampai saat ini. Karakter itu tak terlepas dari warisan harian Prioritas. Harian Prioritas ini merupakan sebuah harian di Jakarta yang terbit perdana pada 2 Mei 1986 dan diberangus pemerintah Orde Baru pada 29 Juni 1987. Diberangus karena sudah berani lantang menentang dan mengkritisi rezim pemerintah Orde Baru. Trio yang memimpin harian Prioritas, Surya Paloh sebagai Pemimpin Umum, Panda Nababan sebagai Wakil Pemimpin Umum, Nasruddin Hars sebagai Pemimpin Redaksi. Pembrangusan dan pembatasan terhadap pers pada masa Orde Baru merupakan aspek substansial di balik apa yang disebut “Pers Pancasila”. Situasi umum yang dibentuk oleh efektifnya doktrin Pers Pancasila adalah haramnya pencampuradukan antara news dan opini. (Politik Editorial Media Indonesia , 2003: 3)
Kondisi penuh keterbatasan berpendapat tak menyurutkan semangat Surya Paloh untuk tetap bersuara dan mengritik pemerintah. Harian Prioritas dibredel, harian Media Indonesia  menjadi gantinya. Editorial yang saat ini selalu disajikan adalah sebuah evolusi dari rubrik Selamat Pagi Indonesia (SPI) di harian Prioritas. Rubrik itulah yang berani berterus terang dalam memperjuangkan kebebasan berpendapat dan berfikir masyarakat. Editorial saat ini sudah hidup dan berkembang dalam iklim negeri demokrasi, sehingga cita-cita SPI telah dirasakan saat ini.

Editorial: Sebuah Agenda Setting
Agenda setting model untuk pertama kali ditampilkan oleh M.E. Mc.Combs dan D.L. Shaw dalam “Public Opinion Quarterly” terbitan tahun 1972, berjudul “The Agenda Function of Mass Media”. Kedua pakar tersebut mengatakan bahwa “Jika media memberikan tekanan pada  suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting”. (Effendy, 2003: 287)
            Tatkala mengadakan studi terhadap pemilihan Presiden Amerika Serikat tahun 1968 ditemukan korelasi yang tinggi antara penekanan berita dan bagaimana berita itu dinilai tingkatannya oleh para pemilih. Disimpulkan bahwa meningkatnya nilai penting suatu topik pada media massa menyebabkan meningkatnya nilai penting topik tersebut pada khalayak. Studi selanjutnya yang dilakukan McComb dan Shaw menunjukkan bahwa mesiki surat kabar dan televisi sama-sama mempengaruhi agenda politik pada khalayak, ternyata surat kabar pada umumnya lebih efektif dalam menata agenda ketimbang televisi (Tan, 1981:277) 287, Effendy: 2003:287)
           Mengenai agenda setting, Alexis S. Tan selanjutnya menyimpulkan bahwa media massa mempengaruhi kognisi politik dalam dua cara:
a.       Media secara efektif menginformasikan perstiwa politik kepada khalayak;
b.      Media mempengaruhi persepsi khalayak mengenai pentingnya masalah politik
Editorial  selalu mengedepankan kejujuran dan keterusterangan dalam menunjukkan opini lembaga pers pada masyarakat. Keterusterangan itu merupakan bentuk dari tujuan sebuah editorial. Menurut William (1994: 24) dijelaskan tujuan editorial dibagi dalam tiga kategori: 1) menjelaskan (to explain), 2) meyakinkan (to persuade) dan 3) menilai (to evaluate).
Selain itu, William Pinkerton dari Harvard University, Amerika Serikat (Rivers, 1994: 23-24), fungsi tajuk rencana mencakup empat hal: 1) menjelaskan berita (explaining the news), 2) menjelaskan latar belakang (filling in background), 3) meramalkan masa depan (forecasting the future), dan 4) menyampaikan pertimbangan  moral (passing moral judgment).
Dari berbagai tujuan yang dijelaskan di atas, bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwa setiap media massa memiliki agenda setting tertentu dalam menyampaikan tajuk rencananya. Begitupun dengan Media Indonesia . Berkaitan dengan fungsi agenda setting, wajar rasanya untuk mengaitkannya dengan salah satu fungsi komunikasi massa menurut Dominick (2001) yaitu, fungsi Interpretation (penafsiran). Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga membeberkan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan.
Contoh nyata penafsiran  media dapat dilihat pada halaman tajuk rencana (editorial) surat kabar. Penafsiran ini berbentuk komentar dan opini yang ditujukan pada khalayak pembaca, serta dilengkapi perspektif (sudut pandang) terhadap berita yang disajikan pada halaman lainnya. Tujuan penafsiran media ingin mengajak para pembaca atau pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut dalam komunikasi antar persona atau komunikasi kelompok. (Ardianto, 2007: 15-16)
Penafisaran media dan agenda setting dijelaskan lebih lanjut dalam efek komunikasi massa. Di antara berbagai asumsi tentang efek (pengaruh) komunikasi massa, salah satu yang masih bertahan dan berkembang pada tahun-tahun belakangan ini menyatakan, media massa memperhatikan isu tertentu  dan mengabaikan yang lainnya. Hal tersebut akan memengaruhi opini publik. Studi empiris tentang komunikasi massa pada hakikatnya telah mengonfirmasikan  bahwa efek yang paling memungkinkan terjadi akan berkaitan dengan masalah materi informasi. Asumsi agenda setting menawarkan suatu cara menghubungkan  berbagai penemuan tersebut dengan kemungkinan efek terhadap opini, karena pada dasarnya yang ditawarkan adalah suatu fungsi belajar dari media massa.
Agenda setting model (model penataan agenda) menghidupkan kembali model jarum hipodermik, tetapi fokus penelitian telah bergeser dari efek pada sikap dan pendapat kepada efek kesadaran dan efek pengetahuan. Asumsi dasar teori ini, menurut Cohen (1963) adalah: The press is signific antly more than a surveyor of information and opinion. It may not be successful much of time in telling the people what to think about. To tell waht to think about artinya  membentuk persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting. Dengan teknik pemilihan dan penonjolan, media memberikan test case tentang apa yang dianggap lebih penting. (Ardianto,et.el., 2007: 76-77)
Agenda setting model menekankan adanya hubungan positif antara penilaian yang diberikan  media pada suatu persoalan tersebut. Dengan kata lain, apa yang dianggap penting oleh media, akan dianggap penting pula oleh masyarakat. Apa yang dilupakan media, akan luput juga dari perhatian masyarakat.
Sementara itu Manhein dalam pemikirannya tentang konseptualitasasi agenda yang potensial untuk memahami proses agenda setting menyatakan bahwa agenda setting meliputi tiga agenda, yaitu agenda media, agenda khalayak dan agenda kebijkasanaan. Masing-masing agenda itu mencakup dimensi-dimensi sebagai berikut:
1)      Untuk agenda media, dimensi-dimensi:
a)      Visibility (visibilitas) (jumlah dan tingkat menonjolnya berita)
b)  Audience salience (tingkat menonjol bagi khalayak) (relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak)
c)   Valance (valensi) (menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa)
2)      Untuk agenda khalayak, dimensi-dimensi:
a)      Familiarity (keakraban (derajat kesadaran khhalayak akan topik tertentu))
b)      Personal salience (penonjolan pribadi (relevansi kepentingan dengan ciri pribadi))
c)      Favorability (kesenangan) (pertimbangan senang atau tidak senang akan topik berita)
3)      Untuk agenda kebijaksanaan, dimensi-dimensi:
a)      Support (dukungan) (Kegiatan menyenangkan bagi posisi suatu berita tertentu)
b)      Likelihood of action (kemungkinan kegiatan) (kemungkinan pemerintah melaksanakan apa yang diibaratkan)
c)      Freedom of action (kebebasan bertindak) (nilai kegiatan yang mungkin dilakukan pemerintah).
Konseptualisasi Manheim tersebut mendukung perkembagan teori agenda setting secara menyeluruh (Servin dan Tankard, Jr. 1922: 226) dalam (Effendy,2003: 288- 289).
Dari penjelasan di atas, terlihat jelas bagaimana Media Indonesia sebagai media massa memberikan penekanan pada pemberitaan pemilihan pimpinan KPK dibandingkan menekankan isu pada Koran Tempo.  Dari sana kita bisa menarik kesimpulan bahwa media massa, khususnya Media Indonesia  ingin melakukan apa yang disebut To tell what to think about, artinya media ingin membentuk persepsi khalayak bahwa pemberantasan korupsi adalah hal yang lebih penting dibandingkan isu-isu pemberitaan lain. Begitu juga dengan Koran Tempo dan media massa cetak lainnya yang memiliki editorial/tajuk rencana.

Daftar Bacaan:
Ardianto,et.al., 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Artikel Kajian Agenda Setting Editorial Media Indonesia  dalam Menjalankan Fungsi Kontrol Sosial karya M.Diaz Bonny S – Tugas Penulisan Artikel dan Tajuk Rencana 2011
Editorial Media Indonesia, edisi Senin, 05 Desember 2011, “Pemimpin KPK yang Baru”
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu,Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti
Rakhmat, Jalaluddin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset
Rivers,et.al,. 1994. Editorial. Bandung: Remaja Rosda Karya
Sumadiria,Haris AS. 2009. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana. Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Tajuk Rencana Koran Tempo,edisi Senin, 05 Desember 2011, “Mengharap Gebrakan Dahlan Iskan”
Tim Redaksi LP3ES. 2003. Politik Editorial Media Indonesia. Jakarta: Pusataka LP3ES Indonesia

2 komentar:

  1. Awalnya aku hanya mencoba2 bertogel akibat adanya hutang yang sangat banyak dan akhirnya aku mencari jalan pintas meskipun itu dilarang agama ,apa boleh buat nasi sudah jadi bubur,dan akhirnya aku menemukan seorang dukun.yang ternyata alhamdulillah dengan seisin gusti Allah dengan lantaran OM AGUS aku dapat mengubah hidup yang jauh lebih baik berkat bantuan OM AGUS dgn waktu yang singkat aku sudah membuktikan namanya keajaiban satu hari bisa merubah hidup ,sawdara bisa membuktikan sendiri silahkan hubungi OM AGUS di no (085-397-766-615) yg penting anda yakin dan percaya dan jgn samakan dgn peramal yg lainnya seperti ki ronggeng,mba sugem ki nugroho mba jombrang dll.saya sdh berkali2 menghubungi peramal yg lainnya seperti aki2 dan mba2.tapi cuma mengecewakan saya dan menipu saya.tapi kali ini saya sudah betul2 percaya bahwa peramal asli itu memang betul memang ada yaitu OM AGUS.insya allah OM AGUS tdk mengecewakan anda.terima kasih yg punya ROOM

    BalasHapus