Bagi Anda penyuka dunia pertunjukan tentulah tidak asing dengan peran seorang dalang. Peran tersebut tentulah berkaitan dengan arahan jalan cerita dan pesan yang hendak disampaikan. Dalang tentunya juga penguasa panggung. Ia bebas untuk berekspresi dan berbuat. Dengan kekuasaannya, ia bisa membuat penonton merasa gembira, sedih, dan sesekali tersungging heran.
Dalam dunia pertunjukan pun, kita sudah mahfum bahwa panggung lebih indah dibandingkan tempat bagi penonton. Panggung dihiasi berbagai ornamen berwarna-warni. Pencahayaan pun diatur sedemikian rupa untuk mendukung suasana. Suara alami dan buatan ikut menghebohkan dan memacu getaran jiwa. Lain hal untuk tempat para penonton. Cukup kursi dan posisi yang berdasarkan besaran bayaran. Ada juga penonton yang terpaksa duduk bersila di lantai. Namun,hal terpenting penonton bisa menyaksikan dan menyeletukkan komentar ketika pertunjukan usai.
Ingat! Tidak semua orang bisa menjadi dalang dalam sebuah pertunjukkan. Hanya orang-orang yang berminat dan berusaha yang bisa untuk menempati posisi itu. Memang, penonton adalah raja dalam memberikan penilaian. Sepedas apa pun kritikan penonton, tetap saja mereka belum tentu bisa menjadi dalang.
Sekarang, saya ingin mengajak Anda pada pertunjukan nyata. Ini bukan cerita tentang perwayangan dengan tokoh-tokoh fiksi. Tapi, pertunjukan yang kita lihat dan rasakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tarohlah, Indonesia adalah sebuah lokasi di mana pertunjukan akan diperlihatkan. Kelompok eksekutif, legislatif dan yudikatif adalah kumpulan dalang yang akan memberikan sajian pada penontonnya: rakyat Indonesia. Dengan segala usaha, mereka telah berhasil memosisikan diri untuk menjadi dalang dalam pertunjukan nyata ini. Ingat, tak semua orang bisa menjadi dalang. Terlebih dalang di dunia nyata dalam kehidupan bernegara ini.
Berbagai jenis pertunjukan telah disajikan oleh kelompok dalang tadi. Waktu terus berganti, kelompok dalang pun ikut berganti dan tentunya pertunjukan yang disajikan pun berbeda. Satu di antara kelompok dalang tadi adalah eksekutif/pemerintah. Kebetulan saat ini pemerintah -berasal dari partai beraliran nasionalis religius itu- lagi mengecewakan penonton. Sangat berbeda ketika periode pertama pemerintahannya. Dulu, berbagai pujian dan apresiasi berdatangan pada pemerintah. Tapi tidak untuk saat ini. Pemerintah lagi kurang kreatif untuk menampilkan pertunjukan yang memuaskan rakyat penonton.
Di tengah panen kritikan akan ketidakpuasan penonton, pemerintah yang merupakan dalang tetap tenang. Karena ia tahu persis bahwa penonton tidak akan menyentuh panggung pertunjukkan. Pemerintah menganggap kritikan dan gugatan yang berakhir aksi hanyalah ungkapan kekecewaan rakyat penonton. Ya, karena penonton tak bisa membawa pulang senyum kepuasan. Oleh karenanya, pemerintah dan kelompok dalang lainnya sedang dan akan membuat pertunjukan lain lagi. Terlepas itu nantinya bisa membahagiakan atau mengecewakan rakyat penonton.
Ikutlah Menjadi Dalang
Menjadi dalang itu tentunya menyenangkan. Disediakan panggung yang apik. Bebas berekspresi dan berbuat. Pertunjukan usai, saatnya menunggu kritikan atau pujian dari penonton. Lalu, mencari ide dan kreativitas baru lagi untuk pertunjukan mendatang.
Hal pas kiranya jika Anda hobi mengapresiasi kelompok dalang yang saya sebutkan di atas. Tidak hanya diapresiasi, Anda juga menyuarakan ide dan berunjuk rasa serta pemikiran untuk menjatuhkan kredibilitas kelompok dalang itu. Mungkin, alangkah baiknya jika Anda sudah berfikir untuk menjadi kelompok dalang sedari kini. Terserah, apakah kelompok dalang dari eksekutif, legislatif atau yudikatif. Hal ini mengingat berapa besar energi kelompok rakyat penonton dihabiskan untuk mengkritisi pertunjukan kelompok dalang yang tak memiliki kepedulian.
Tak ada salahnya kan Anda atau pun saya di waktu mendatang mencoba menjadi kelompok dalang. Udah bosan tentunya dengan teriakan-teriakan dibangku penonton yang tak berujung perubahan. Langkah biijak rasanya jika kita bergerak untuk menjadi dalang yang nantinya tidak akan mengecewakan penonton. Dalang yang baik hati, suka menolong dan menyajikan pertunjukan indah tanpa ada pembohongan. Jika ada yang rasanya sudah sanggup, bersegeralah untuk menjadi dalang. Jika tak ada yang sanggup, ya nikmati saja menjadi kelompok penonton yang tak memiliki kebebasan dan kekuasaan untuk berkreasi dalam berbuat. Terlepas itu benar atau salah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar