Jakarta memang besar dan rumit. Itulah kesan pertama yang saya peroleh ketika hari pertama menjejakkan kaki di Jakarta untuk melanjutkan kewajiban kuliah, job training. Saya bersyukur karena mendapatkan kesempatan untuk belajar dan mempraktekkan ilmu di majalah nasional cukup ternama, GATRA.
Berlokasi di Jl.Kalibata Timur, tepatnya dibelakang Taman Makam Pahlawan Nasional (TMPN), Jakarta Selatan. Untuk mencapainya tidak begitu sulit. Kebetulan saya berangkat dari kontrakan teman di Depok. Bermodalkan Rp 5.500, saya sudah bisa mencapai kantor GATRA. Dari Depok naik angkot 04 menuju Pasar Minggu, setelah itu mikolet biru 16 jurusan Pasar Minggu-Kampung Melayu.
Pagi itu, Senin, 2 Januari 2012 saya pun mulai menyaksikan kehidupan kota Metropolitan Raya Jakarta. Kendaraan bermotor melaju kencang. Angkutan umum semacam mikrolet dan minibus seenaknya menaikkan dan menurunkan penumpang. Jalanan terlihat ramai sekali. Sesekali sirine kereta listrik mengingatkan keberadaannya, tentunya memperingati manusia untuk berhati-hati jika melintas dijalurnya.
Sepanjang perjalanan, saya hanya bisa menikmati kehidupan lalu lintas baru. Selang satu jam, saya pun sampai di Kalibata Timur. Saya pun mencari warteg terdekat untuk sarapan pagi. Setelah itu, barulah saya menuju ke kantor GATRA. Walaupun memang saya datang terlalu pagi, saya menyempatkan diri untuk berkeliling Kallibat Timur. Cukup asri saya pikir.
***
Sekitar pukul 09.30 pagi, saya dan teman, Putri Adityowati dipanggil ke ruang manajer HRD. Dalam langkah ke ruangan tersebut, terlihatlah ruang kerja para wartawan majalah GATRA. Dari pintu kaca berkuncikan sidik jari wartawan terlihat keseriusan para wartawan menyelesaikan tugasnya, menyajikan berita. Ada yang sedang berkutat pada halaman word yang masih kosong. Ada juga yang sedang berselancar halaman internet. Keseibukan mereka terlihat fokus karena antar meja dibatasi oleh dinding-dinding meja. Melihat ruang kerja tersebut, saya ingat akan film The Soloist, seorang wartawan di L.A. Times, Amerika Serikat.
Setelah urusan dengan GATRA selesai, selanjutnya saya menuju Jakarta Pusat untuk menambah pengetahuan akan Jakarta. Pengalaman berdesak-desakan dalam busway, antri menunggu busway dan berdiri di kereta komuter menjadi pengalaman menyenangkan dan melelahkan. Bersyukur dapat kesempatan untuk beristirahat sebentar di Mesjid Istiqlal. Dari pengalaman tersebut, saya pun berfikir bahwa Jakarta memang kota besar dan keras. Sikap individu setiap orang akan siap keluar kapan pun jika memperhatikan kondisi yang tidak ideal. Saya pun berfikir lagi bahwa angkutan publik selayaknya busway atau kereta komuter harus diperbanyak jumlahnya. Pelayanan pun sebaiknya ditingkatkan lagi mengingat begitu banyak orang yang menggunakannya. Jika angkutan publik sudah mendapat citra yang baik di mata masyarakat, tentunya permasalahan utama Jakarta, kemacetan akan bisa diatasi.
Saya pikir cukup dulu tulisan hari ini, berikutnya saya akan menulis lebih banyak mengenai karya jurnalistik, feature dan artikel. Mengingat itulah bidang yang sedang saya geluti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar